Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sosok Muhadjir Effendy di Mata Buya Syafii

Mediaindonesia.com
31/7/2021 18:35
Sosok Muhadjir Effendy di Mata Buya Syafii
Menko PMK Muhadjir Effendy.(Antara/Mohammad Ayudha.)

KETUA Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 Ahmad Syafii Maarif mengatakan sosok Muhadjir Effendy sudah dikenal banyak kalangan jauh sebelum menjadi Menko PMK. Hal tersebut, menurut Buya Syafii, tak lepas dari peran Muhadjir dalam ikut serta membesarkan kampus Universitas Muhammdiyah Malang.

"Saya mengucapkkan selamat ya kepada sahabat saya, Pak Profesor Muhadjir Effendy, dalam ulang tahun yang ke-65. Saya kenal sudah cukup lama sejak beliau dulu menjadi Rektor III di UMM, Malang. Kemudian menjadi rektor selama empat periode," ujar Buya Syafii.

Hal tersebut disampaikan Buya Syafii Maarif dalam perayaan 65 Tahun Prof. Muhadjir Effendy, Merawat Matahari. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) via zoom sekaligus disiarkan melalui kanal YouTube JIB Post, Jumat (30/7). Acara ini digagas deklarator JIB, David Krisna Alka, dan dipandu oleh peneliti Malik Fadjar Institute, Wilda Kumalasari.

Selain Buya Syafii Maarif, beberapa tokoh turut memberikan testimoni di antaranya Prof. Zakiyuddin Baidhawy (Rektor IAIN Salatiga), Prof. Ravik Karsidi (Ketua GNRM), Prof. Hilman Latief (Ketua Lazismu), Riki Saputra (Rektor UMSB), Pradana Boy ZTF (Dosen UMM), Zuly Qodir (Dosen UMY), Rita Pranawati (Wakil ketua KPAI), Andar Nubowo (Kandidat Ph.D ENS de Lyon, France), Ahmad Fuad Fanani (Kandidat Ph.D The Australian National University (ANU) Canberra), Fajar Rizal Ul Haq (Dewan Pembina MAARIF Institute), Nasrullah (Penulis Biografi Prof ME), Diyah Pusparini (Ketum NA), Cak Nanto (Ketum PP Pemuda Muhammadiyah), Ali Muthohirin (Komisaris Adhibeton), Machendra S Atmaja (Staf Khusus Menko PMK), Najih Prasetyo (Ketum DPP IMM), dan Azaki Khoirudin (CEO IBTimes).

Menurut Buya Syafii, di samping sebagai kader almarhum Malik Fadjar, Muhadjir Effendy merupakan sosok gigih dan tangguh. "Dari UMM Malang, sudah dua menjadi menteri ya, Pak Malik almarhum, sahabat kita dan kemudian diteruskan oleh Pak Muhadjir. Siapa tahu nanti pada tahun-tahun yang akan datang masih banyak juga orang Muhammadiyah masuk dalam kabinet dan itu banyak tergantung juga pada Muhammadiyah-nya," ungkap Buya Syafii.

Buya menilai Muhammadiyah memang agak gagap dalam dunia politik. Hal ini, lanjutnya, karena Muhammadiyah dirancang bukan untuk mengurus negara, tetapi mengurus bangsa. "Mengurus negara itu kan konsep politik, ya. Politik kita tahu lah. Politik itu dua tambah dua itu bisa tujuh bisa berapa begitu ya atau tiga dan segala macam. Kalau bangsa itu kan konsep kultural. Itu bedanya," jelas Buya.

"Kalau Muhammadiyah mau jadi pembantu terus-menerus, itu pilihan. Tapi menurut saya ndak cukup itu, tidak cukup apalagi dikaitkan dengan anggaran dasarnya: gerakan Islam, gerakan amar ma'ruf nahi munkar. Jadi kadang-kadang terpaksa juga walaupun bukan politik kepartaian, ya. Tapi politik itu, kan macam-macam, ya. Dulu pernah dikatakan ada politik tinggi, politik rendah, ya. Muhammadiyah, kan lebih mengambil politik tinggi, politik yang lebih bermoral gitu. Dan sekarang wakil Muhammadiyah dipegang oleh Pak Muhadjir," pungkasnya. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya