Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
MENUMBUHKAN minat baca pada anak memang bukan perkara mudah. Tanpa didukung fasilitas memadai, rasa-rasanya pekerjaan itu mustahil terwujud. Hal itulah yang dirasakan Mertin Lusi, seorang pegiat literasi di Kabupaten Ngada, Flores - Nusa Tenggara Timur.
Sejak 2013, perempuan kelahiran Mari, 3 November 1988 itu sudah memulai kegiatan pendampingan literasi terhadap anak-anak di Ngada. Dari kepedulian akan rendahnya minat baca pada anak, di 2014 Mertin pun bisa mewujudkan impiannya membuka rumah baca Perpustakaan Isi Langa di kampung tempat tinggalnya.
"Saya rasa baca tidak harus dalam ruangan yang sunyi. Makanya saya buat perpusatakaan untuk umum, semua orang harus punya rasa memiliki dan lebih ramah dengan pembaca, dengan anak-anak," tuturnya menjelaskan konsep rumah baca tersebut.
Berbeda dengan perpustakaan pada umumnya yang terkesan rapi dan sunyi, lulusan S-1 Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang itu ingin memberi warna yang lebih pada rumah baca itu. Baginya, selain membaca anak-anak juga diberi ruang untuk bisa bermain dan berdiskusi.
"Lantas minat baca yang diharapkan itu tumbuh secara alamiah melalui kebiasaan yang dibangun bersama. "Mungkin karena perpustakaan ada mereka mulai sering datang baca dan pinjam buku," harap Mertin.
Selain buku-buku pelajaran dan fiksi yang memenuhi ruang baca, dinding-dindingnya pun dihiasi dengan berbagai gambar dan tulisan menarik. Cara itu menurutnya akan terasa lebih ramah bagi anak untuk lebih dekat dengan perpustakaan sederhana itu.
"Bagaimana anak-anak mau suka baca kalau masuk ruangan (perpustakaan) saja mereka takut. Tidak ramah mau ajak orang untuk baca, tidak ada ruang kreatif, buku-buku tersusun rapi di rak-rak. Kalau saya perpustakaan harus lebih berwarna, terutama bagi anak-anak," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa minat baca yang tergolong rendah di NTT pada umumnya, termasuk di Ngada juga dipengaruhi oleh keberadaan perpustakaan. Di Ngada sendiri hanya ada satu perpustakaan umum yakni perpustakaan daerah yang memiliki kapasitas cukup besar. Namun, persediaan buku bacaan yang dibutuhkan pun belum memadai, apalagi soal buku-buku terbaru.
Sementara, perpustakaan miliknya dengan sekitar lima ribuan buku turut melengkapi persediaan buku di lingkungan sekitarnya. Bahkan Mertin menjalin kerja sama dengan komunitas dan rumah-rumah baca di daerah lain untuk memenuhi kebutuhan buku para pembaca baik anak-anak maupum orang dewasa.
Meski demikian, Mertin yang juga menginisiasi kegiatan kelas inspiratif di daerah itu mengakui di masa pandemi rumah baca terpaksa ditutup. Dia hanya bisa melayani peminjaman buku untuk menghindari potensi terjadinya kerumunan yang bisa menimbulkan penyebaran covid-19 .
"Mereka datang pinjam buku dan baca di rumah masing-masing. Kalau biasanya saya buat permainan-permainan atau kegiatan-kegiatan begitu, sekarang tidak bisa lagi," ucapnya.
Untuk menjalankan kegitan secara virtual juga sangat tidak memungkinkan. Pasalnya, keterjangkauan akses internet dan masalah sosial ekonomi di Ngada merupakan permasalahan klasik yang belum bisa teratasi.
Mertin berharap, lewat literasi, minat membaca yang tinggi, generasi penerus di daerah itu akan memiliki bekal menghadapi tantangan di masa depan. Anak-anak mempunyai karakter yang kuat dan tidak mudah tergerus perubahan zaman yang begitu cepat.
"Pengetahuan tidak hanya diperoleh di ruang-ruang formal, di sekolah, di perpustakaan besar saja. Tetapi juga di ruang-ruang publik yang memberi kesempatan untuk lebih kreatif, ruang yang mempertemukan berbagai ide, didiskusikan bersama dan kemudian menemukan solusi. Dan tentu saja ruang itu bukan di media sosial yang hanya menghadirkan debat kusir," imbuhnya.
Kebiasaan membaca sejak dini memang memberi pengaruh positif pada perkembangan anak. Selain meningkatkan kemampuan dasar anak, membaca juga akan menambah wawasan, memberi motivasi, meningkatkan kretivitas dan membentuk karakter pada anak. Oleh karenanya, untuk meningkatkan minat baca pada anak dibutuhkan gerakan bersama dan dukungan semua pihak. (H-1)
Mahasiswa diajak mengenali lebih dalam cara kerja platform fintech peer-to-peer (P2P) lending, dan mengenal risiko dan manfaat dari pemanfaatan teknologi finansial.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, layanan ini membukukan 443 juta transaksi, didukung oleh 1,19 juta agen yang tersebar di 67.013 desa di seluruh Indonesia.
Lo Kheng Hong menekankan mahasiswa agar tidak mudah tergiur janji keuntungan cepat. Karena itu pentingnya kesabaran dalam berinvestasi.
Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.
Kemenag meningkatkan pendidikan berkualitas yang merata melalui peningkatan kualitas pendidikan agama Islam (PAI) bagi guru PAI dan siswa muslim di sekolah.
Manajemen keuangan merupakan pengetahuan esensial bagi generasi muda untuk membentuk kebiasaan yang baik dalam mengelola uang.
Melalui Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, sebanyak 716 judul buku cerita anak telah diproduksi dan dipilih secara ketat.
TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri.
MEMBACA adalah jantungnya literasi. Membaca memberi asupan kepada nalar dan pikiran sehingga semakin terbuka, kritis, dan analitis.
Literasi harus dimulai dari rumah. Anak-anak yang terbiasa membaca akan memiliki wawasan luas yang mempersiapkan mereka untuk meraih cita-cita.
Pernahkah kamu merasa canggung atau tidak ingin orang tahu bahwa kamu sudah membaca pesan WhatsApp mereka?
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved