Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
KECEPATAN vaksinasi adalah game changer dalam mengatasi pandemi Covid-19. Karena itu, seluruh elemen bangsa, termasuk alumni UGM atau Kagama harus membantu Pemerintah dala percepatan vaksinasi. Sehingga vaksinasi bisa diakses oleh semua warga masyarakat, termasuk penyandang disabilitas.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PP Kagama AAGN Ari Dwipayana dalam Webinar, "Vaksin untuk Disabilitas, Menyediakan Akses Inklusif untuk Semua", yang diselenggarakan PP Kagama bersama Center for Tropical Medicine UGM, Jumat (2/6)..
Ari yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden RI menyampaikan, saat ini berbagai negara sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan vaksin. Terbatasnya negara produsen vaksin serta tingginya permintaan vaksin, membuat vaksin menjadi rebutan.
"Karena itu, Pemerintah telah menempuh berbagai cara untuk mendapatkan vaksin, baik melalui pendekatan multilateral maupun bilateral. Selain itu, Pemerintah juga terus mengembangkan program vaksin nasional, yang disebut vaksin merah putih," kata Ary.
Untuk mencapai herd immunity, maka Indonesia membutuhkan vaksin yang tidak sedikit. Setidaknya, vaksinasi harus bisa menjangkau 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Itu artinya Pemerintah harus bekerja extra ordinary untuk memastikan ketersediaan vaksin sehingga mampu diakses oleh semua warga masyarakat Indonesia.
Menurut Ari, tantangan utama dalam vaksinasi bukan hanya ketersediaan vaksin tapi juga sejauhmana akses masyarakat, terutama kelompok-kelompok rentan bisa memperoleh vaksin dengan cara yang mudah dan cepat.
Baca juga : Vaksinasi untuk Mahasiswa Berprestasi Menjadi Prioritas
Ari memaparkan upaya Presiden Joko Widodo untuk mempercepat vaksinasi dengan mengerahkan berbagai jalur dan seluruh kekuatan yang ada. Presiden menargetkan vaksinasi bisa dilakukan 1 juta dosis per hari di bulan Juli. Target Presiden meningkat lagi 2 juta dosis di bulan Agustus.
Presiden Jokowi juga memberikan prioritas pada kelompok-kelompok rentan untuk mendapatkan vaksin. Penentuan kelompok prioritas menjadi penting karena mereka harus bisa terlindungi dari penularan Covid.
"Karena itu, selain diberikan pada tenaga kesehatan dan pelayan publik, vaksin juga diprioritaskan pada manula dan disabilitas," ujarnya.
Ari juga mengingatkan bahwa pemberian vaksin untuk disabilitas juga memerlukan edukasi dan pendampingan. Karena bersandar dari hasil survei, masih ada sebagian masyarakat yang menolak atau masih ragu-ragu untuk divaksin. Untuk itu, diperlukan kepedulian antar warga masyarakat, semangat saling bantu, saling mengingatkan, agar vaksin bisa diakses oleh semua, termasuk penyandang disabilitas.
Webinar ini menghadirkan tiga keynote speaker. Selain Ari Dwipayana, hadir memberikan pidato kunci Menteri Sosial RI Tri Rismaharini, serta Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia. (OL-7)
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved