Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
THE Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat merilis panduan sementara pelayanan kesehatan dalam merawat pasien long covid-19 (pascacovid) pada Senin, 14 Juni 2021 lalu.
Hal ini untuk merespons semakin banyaknya penyintas yang mengalami gejala sisa, meski sudah sembuh dari covid-19. Panduan ini juga diharapkan dapat membantu penanganan kesehatan long covid di banyak negara setelah meningkatnya kasus infeksi dan hadirnya varian baru.
Dikutip dari laman CDC, panduan sementara itu ditujukan bagi penyedia layanan kesehatan. Penanganan pascacovid perlu pendekatan yang bersikap empati terhadap pasien.
"Berdasarkan informasi terkini, banyak kondisi pascacovid dapat dikelola oleh penyedia layanan primer, dengan menggabungkan pendekatan yang berpusat pada pasien untuk mengoptimalkan kualitas hidup dan fungsi pada pasien yang terkena dampak," tulis panduan itu dikutip Media Indonesia, Rabu (16/6).
Menurut CDC, temuan laboratorium atau pencitraan yang objektif tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya ukuran atau penilaian pada pasien. Mengingat penelitian terkait kondisi tersebut masih terus dilakukan.
"Pemahaman tentang kondisi pascacovid masih belum lengkap dan panduan untuk profesional kesehatan kemungkinan akan berubah seiring waktu seiring berkembangnya bukti," tambah CDC.
Profesional kesehatan dan pasien pun didorong untuk menetapkan penanganan melalui keputusan bersama. Untuk melakukan pendekatan pengobatan diminta untuk berfokus pada gejala tertentu seperti sakit kepala atau kondisi, misalnya disautonomia.
"Sehingga, rencana manajemen komprehensif yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial dapat membantu beberapa pasien," kata CDC.
Istilah kondisi pasca-Covid adalah istilah umum untuk berbagai konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang dialami oleh beberapa pasien. Hasil studi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menemukan bahwa merokok dan pasien bergejala berat sebagai faktor pencetus long covid.
"Secara demografi, pasien laki-laki juga lebih besar peluangnya terkena efek long covid. Salah satu alasannya adalah karena gaya hidup merokok yang dilakukan," ungkap Yahya SpP, Kombespol & dokter spesialis paru Kabag Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara R Said Sukanto, pekan lalu, dilansir dari laman Satgas Penanganan Covid-19.
Faktor lain, sambungnya, juga karena pasien covid-19 yang bergejala berat atau mungkin yang berhasil sembuh setelah dibantu ventilator. Yahya menambahkan, gejala long covid dipicu juga kondisi psikologis pasien.
Dari studi itu diketahui, sebanyak 53,7% pasien merasakan gejala long covid selama 1 bulan, 43,6% selama 1-6 bulan, dan 2,7% lebih dari 6 bulan.Gejala long covid dimulai dari pelemahan fisik secara umum, sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan. "Pasien agar terus berkonsultasi kepada dokter," ujar Yahya. (H-2)
Hingga saat ini PCR diagnostic test yang telah lulus uji validasi berjumlah 250 kit dari target 50 ribu kit pada akhir Mei
Peneliti menaksir 1 menit berbicara keras menghasilkan lebih dari 1.000 droplet mengandung virus yang akan tetap mengudara selama 8 menit atau lebih dalam ruang tertutup.
Situasi ini memiliki dua konsekuensi pada individu, yakni insomnia atau kantuk berlebihan. Keduanya menyebabkan kerugian fungsional
Di tiap-tiap negara, emisi turun rata-rata 26% saat puncak pembatasan wilayah di negara masing-masing. Namun, itu bersifat sementara karena tidak mencerminkan perubahan struktural
Vitamin K adalah kunci untuk produksi protein yang mengatur pembekuan dan dapat melindungi terhadap penyakit paru-paru.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved