Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Studi: Vaksin Mampu Melindungi Diri dari Varian Baru Korona Termasuk Delta

Atalya Puspa
16/6/2021 11:30
Studi: Vaksin Mampu Melindungi Diri dari Varian Baru Korona Termasuk Delta
Lokasi sebaran virus Delta.(AFP)

PANDEMI covid-19 belum berakhir. Guna menekan kasus yang terus bertambah, pemberian vaksin covid-19 terus dilakukan. Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi angka kejadian infeksi covid-19 yang sudah mulai bermutasi di beberapa negara termasuk mutasi Delta.

Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental Herawati Sudoyo menerangkan bahwa sebagian besar produsen vaksin covid-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70%. Hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun vaksin covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus covid-19.

“Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin covid-19 melawan mutasi virus covid-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin covid-19 itu sendiri,” terang Herawati dalam keterangan resmi, Rabu (16/6).

Seperti diketahui, WHO telah menamakan sejumlah varian baru Covid-19 hasil mutasi dalam alfabet Yunani, yakni Alpha (asal Inggris), Beta (Afrika Selatan), Gamma dan Zeta (Brasil), Kappa serta Delta (India).

Kementerian Kesehatan menyatakan, Delta B1617.2, varian asal India itu disebut memiliki kemampuan yang mudah menyebar. Mutasi virus tersebut memiliki dampak yang berat hingga berujung kematian.

Lantas, bagaimana cara mencegah serangan Delta? Jurnal medis The Lancet mengatakan dalam sebuah hasil penelitian yang diterbitkan Senin 13 Juni, dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech terbukti 79% efektif melawan varian virus korona Delta covid-19. Sedangkan vaksin yang dikembangkan University of Oxford-AstraZeneca 60% efektif.

Luruskan
Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, Herawati mendorong para Ilmuwan untuk perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah.

“Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi covid-19, misalnya. Hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” ungkap Herawati.

Di sisi lain, Communication Specialist UNICEF Rizky Ika Safitri juga menyarankan penggunaan komunikasi sederhana yang mudah dipahami masyarakat akan turut membantu menyukseskan program vaksinasi.

Pemerintah juga terus berupaya mendatangkan vaksin covid-19 melalui beragam jalur untuk menyukseskan program vaksinasi.

Juru bicara vaksinasi Bio Farma Bambang Heriyanto menyampaikan hingga akhir 2021, produsen vaksin seperti Sinovac sudah memberikan komitmen mengirimkan vaksin dalam bentuk bulk sejumlah 260 juta dosis. Ada juga vaksin yang akan didatangkan dari jalur kerja sama multilateral atau fasilitas COVAX yang kini telah datang sebanyak 8 juta dosis.

“Kemudian kita juga punya sumber lain dari perjanjian bilateral dengan AstraZeneca dengan komitmen sebesar 50 juta, Novavac 50 juta, dan apabila dari COVAX kita bisa mendapatkan komitmen hingga 20% dari jumlah penduduk, kita bisa mencukupi kebutuhan dosis vaksin untukbherd immunity,” ujar Bambang Heriyanto.

“Saya kira kalau kita bisa bekerja sama dengan baik, semua masalah mengenai vaksinasi bisa teratasi. Kalau seandainya semua sudah divaksinasi, sekali lagi kita harus mengingatkan vaksin bukan satu-satunya cara untuk mengalahkan virus ini. Jadi yang sudah mulai longgar protokol kesehatannya karena adanya program vaksinasi harus kita perketat protokol kesehatan kita lagi karena adanya mutasi virus baru yang sudah bertransmisi lokal,” tutup Herawati. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya