Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
PLASTIK biodegradable yang selama ini dianggap sebagai plastik ramah lingkungan rupanya tidak sepenuhnya benar. Dikatakan oleh Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Wahyu Marjaka, justru permasalahan mikroplastik seringkali disebabkan dari adanya plastik biodegradable yang tidak diregulasi dengan baik.
"Akhirnya ketika ada proses degradasi plastik itu terjadi justru menimbulkan mikroplastik polutan di lingkungan," kata Wahyu dalam keterangan resmi, Sabtu (12/6).
Isu sampah plastik merupakan isu penting yang harus ditanggung bersama dari mulai edukasi oleh akademisi, regulasi pemerintah untuk menangani hal tersebut, hingga kesadaran dari diri masing masing pribadi. “Mulai 2015 sampai saat ini pemerintah terus mendorong untuk masyarakat melakukan 3R dan menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai SDGs Goals,” tutur Wahyu.
Wahyu juga mengatakan bahwa kebiasaan pribadi untuk menanggulangi sampah plastik juga perlu terus untuk didorong seperti membiasakan makan tanpa alat plastik, mengurangi penggunaan sampah sekali pakai, hingga langkah langkah kecil untuk mengurangi sampah dengan reuse. “Akademisi, pemerintah, dan masyarakat sebenarnya sudah aware terhadap isu sampah ini, namun langkah langkah tersebut harus dibarengi dengan sustainability commitment,” tutur Wahyu.
Adapun, mikroplastik adalah partikel atau fragmen plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm dan merupakan polutan yang bersifat resisten. Ia menjelaskan, mikroplastik sendiri terdapat 2 macam yaitu Primary Microplastic yang biasanya terdapat produk perawatan seperti shower gel, cat, detergen, dan krim.
Dosen dan peneliti lingkungan Fakultas Biologi UGM Andhika Puspito mengungkapkan, mikroplastik yang berada pada lautan saat ini bersumber dari kegiatan sehari hari yang ada di daratan. Jenis kedua adalah Secondary Microplastic yang merupakan hasil dari degradasi sampah plastik. Mikroplastik ini saat ini sudah mencemari organisme laut dan sudah masuk ke dalam rantai makanan yang mana manusia menjadi konsumen puncaknya.
“Mikroplastik ini sering kali dianggap sebagai makanan oleh berbagai organisme di laut sehingga polutan mikroplastik dapat mengganggu kesehatan organisme laut atau dapat berpindah dari sistem pencernaan masuk ke sistem peredaran darah organisme laut,” imbuh Andika.
Pencemaran lingkungan akibat adanya sampah plastik merupakan tantangan bersama. Pencemaran oleh limbah plastik selaras juga dengan produksi plastik secara eksponensial pada tingkat global. Plastik sendiri banyak digunakan pada sektor manufaktur industri dan pada proses pembuatan produk kegiatan sehari hari.
“Di lingkungan laut saat ini 85 persen sampah laut didominasi oleh limbah plastik. Hal ini disebabkan limbah plastik yang terbawa oleh aliran air salah satunya melalui sungai,” ujar Andhika. (H-1)
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
Pendanaan konservasi ini memerlukan anggaran besar sehingga memerlukan kontribusi semua pihak untuk menutup gap antara anggaran dengan kebutuhan yang tersedia.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus menunjukkan komitmennya sebagai lembaga keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2024, Indonesia sendiri menyumbang hampir 34 juta ton sampah.
Nah, itulah yang kita lakukan di Savyavasa. Jadi luxury bukan dari apa yang kita lihat, tapi orang bisa merasakan.
Pameran ini menjadi momen strategis bagi perusahaan guna memperkuat peran mendorong industri nasional menuju keberlanjutan.
SETIAP aktivitas mencuci pakaian berdampak langsung terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan air, listrik, hingga limbah yang dihasilkan.
Jadi terhadap sumber daya yang digunakan dan juga berorientasi pada siklus hidup serta menerapkan disain pasif maupun disain aktif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved