Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PERSENTASE kematian akibat covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir ini. Menanggapi hal tersebut epidemiolog UGM, dr. Riris Andono Ahmad meminta pemerintah perlu melakukan evaluasi manajemen pengendalian pandemi terutama terhadap kasus kematian akibat covid-19 di Tanah Air.
“Perlu evaluasi case manajemen, bottle neck -nya ada dimana?" ungkapnya dalam keterangan resmi, Selasa (18/5). Melalui evaluasi tersebut diharapkan dapat segera diketahui faktor mana saja yang berkontribusi besar terhadap angka kematian akibat covid-19. Selanjutnya dapat dilakukan perbaikan secara efektif terhadap faktor penyumbang penyebab kematian tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Covid-19, pada 15 Mei 2021 angka kematian akibat covid-19 sebesar 2,76 persen yang meningkat dari sebelumnya per Februari 2021 sebesar 2,75 persen. Sementara, persentase kasus angka kematian akibat covid-19 di dunia sebesar 2,07 persen.
Riris mengatakan penyebab pasti kematian akibat covid-19 tidak bisa diketahui tanpa adanya audit kematian. Banyak faktor yang bisa memengaruhi hal tersebut, salah satunya misalnya terkait akses layanan kesehatan. Lalu, terkait bagaimana layanan kesehatan mampu mengelola kasus yang ada secara adekuat dan bermutu.
“Sekarang titik letaknya ada dimana? Bisa saja, misalnya terkait akses dimana pasien covid-19 berat berasal dari kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah dan akses mendapatkan layanan kesehatan lebih sulit dan sampai ke layanan kesehatan lambat sehingga kemungkinan terjadi kematian sangat besar,” urainya.
Selain itu, juga terkait dengan sistem rujukan. Meskipun saat ini telah ada sistem rujukan, Riris mengatakan, sistem yang ada belum dikondisikan pada situasi pandemi saat ini yang membutuhkan kecepatan penanganan. Karena tidak adanya sistem rujukan cepat menjadikan layanan terhadap pasien covid-19 berat berjalan lambat. Akibatnya, memperbesar kemungkinan terjadinya kematian.
“Lalu, faktor lain adanya varian baru covid-19 yang dikabarkan memiliki tingkat penularan lebih tinggi. Namun, ini semua hipotetikal, mana yang memengaruhi secara riil di lapangan belum diketahui secara pasti,” terangnya.
Untuk menekan angka kasus kematian akibat covid-19, dikatakan Riris, tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah dengan mengevaluasi manajemen kasus terhadap kematian akibat covid-19 di Tanah Air. Namun, masyarakat juga diharapkan dapat mengambil bagian dengan displin menjalankan protokol kesehatan dengan mematuhi 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. “Masyarakat harus tetap menjalankan prokes, 5M, yang menjadi senjata unggulan untuk mencegah covid-19,” tegasnya. (H-1)
Epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security, Dicky Budiman, mengatakan bahwa sebetulnya hal tersebut tidak mengagetkan karena covid-19 kini sudah menjadi endemi.
Melonjaknya angka covid-19 di negara-negara tetangga perlu menjadi sinyal kewaspadaan yang bukan hanya harus direspons otoritas kesehatan tetapi juga masyarakat.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran pada 28 Mei lalu mengenai kewaspadaan lonjakan covid-19.
Cuaca yang lebih hangat dan basah (kelembaban tinggi) serta perubahan iklim diduga berkontribusi terhadap penyebaran dan perluasan demam berdarah.
MASALAH utama menghadapi covid-19 kali ini yakni meningkatkan kesadaran masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan membiasakan protokol kesehatan (prokes) kembali.
Indonesia kini sudah memasuki fase endemi sehingga banyak hal aturan mengenai pandemi covid-19 akan berubah atau menyesuaikan dengan aturan selanjutnya.
BPJS Kesehatan melaporkan rendahnya klaim perawatan covid-19 di rumah sakit di tengah peningkatan kasus dalam beberapa bulan terakhir, khususnya di masa mudik lebaran 2023.
RUMAH Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, ditutup per 31 Maret 2023. Ini kata Kementerian Kesehatan.
TANGGAL 31 Maret 2023 menjadi hari bersejarah bagi RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Juga tidak terlupakan bagi pasien pertama rumah sakit tersebut.
RUMAH Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat resmi ditutup sepenuhnya dan tidak lagi melayani isolasi pasien Covid-19 mulai hari ini.
Hingga hari ini tercatat kasus aktif covid-19 di Jakarta mencapai 11.325 orang, namun mayoritas menjalani isolasi mandiri.
PEMERINTAH Provinsi Jawa Timur resmi menutup pelayanan Rumah Sakit Lapangan Kogabawilhan II Indrapura Surabaya, yang selama ini menampung pasien Covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved