Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mendekat pada Sang Khaliq

Syarief Oebaidillah
06/5/2021 05:10
Mendekat pada Sang Khaliq
Sejumlah santri Madrasah Aliyah (MA) membaca Al-Quran saat beriktikaf di Masjid Attaqwa, Ujung Harapan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.(ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

ALLAH memberikan berbagai keistimewaan bulan Ramadan yang tidak diberikan di bulan lain. Banyak keutamaan Ramadan dan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mengambil manfaatnya.

"Satu amalan istimewa yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan selain puasa wajib, Tarawih, witir, dan tadarus ialah ibadah iktikaf," kata Kepala Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW-ISNU) DKI Jakarta Ustaz Uswadin Usman kepada Media Indonesia, kemarin.

Makna iktikaf berarti berdiam di masjid untuk jangka tertentu. Menurut bahasa, iktikaf berasal dari kata akafa yang bermakna memenjarakan. Maksudnya, selama melakukan iktikaf seseorang harus berdiam diri di masjid seolah-olah dipenjara dan tidak keluar untuk melakukan aktivitas keduniawian. Iktikaf dapat dikatakan sebagai ibadah yang khusus layaknya seorang sufi yang dalam beberapa saat mendekatkan diri kepada Sang Khaliq meninggalkan hiruk pikuk duniawi.

“Iktikaf dapat dilaksanakan di luar bulan Ramadan. Namun, di 10 hari terakhir bulan ini ada malam yang lebih baik dari 1.000 bulan, Lailatulqadar. Menurut riwayat, Nabi Muhammad SAW pada setiap 10 malam akhir Ramadan melakukan iktikaf di masjid,” ungkap Uswadin.

Melalui iktikaf, kita dapat berkontemplasi dan berintrospeksi sejauh mana kita sebagai hamba telah mengabdi kepada-Nya. Di rumah Allah, kita fokus untuk beribadah dengan melupakan dunia yang telah digeluti selama 11 bulan dua puluh hari. Ini momen yang sangat indah untuk dilakukan apabila kita dapat menjalankannya selama 10 hari. “Ibarat mesin, saat inilah sedang dilakukan tune up agar kita dapat meraih kesegaran dan kebersihan diri sehingga lebih baik dan berkualitas setelah momen Idul Fitri,” ujarnya.

 

Protokol kesehatan

Apabila tidak dapat melakukan selama 10 hari, kita pun sebenarnya dibolehkan beriktikaf untuk beberapa hari, atau setengah hari, atau setidaknya beberapa saat berdiam di masjid. “Sebagian pendapat ada yang membolehkan atau mengartikan iktikaf sebagai berdiam di masjid walau dalam beberapa saat. Oleh karena itu, selain membaca doa masuk masjid, maka pada saat kita masuk masjid dapat pula diniatkan melakukan iktikaf,” tukas Uswadin.

”Jadi, bagi orang yang sibuk tidak dapat melakukan iktikaf penuh 10 hari, maka bisa beriktikaf sesuai dengan situasi dan kemampuannya. Apalagi di masa pandemi ini, menjaga kesehatan diri dan lingkungan adalah lebih utama daripada mengejar sunah,” ujarnya.

Sebab itu, lanjut Uswadin, pada masa pandemi diharapkan mereka yang akan beriktikaf menaati protokol kesehatan. Bagi orang yang khawatir karena pandemi belum mereda, iktikaf dapat dilaksanakan di rumah. “Momentum iktikaf di masa pandemi bisa dilakukan menyesuaikan keadaan. Jangan kita samakan dengan masa sebelum pandemi, di saat masjid-masjid dipenuhi orang-orang beriktikaf,” tandasnya.

Hemat dia, melalui iktikaf, apalagi di masa pandemi, maka kita dapat mengambil hikmah dan manfaat yakni lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, muhasabah diri, dan memiliki semangat untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa depan. “Semoga dengan doa kita di bulan Ramadan dan doa orang yang iktikaf dapat mengguncangkan arsy sehingga Allah mengangkat musibah pandemi di bumi ini. Salah satu doa yang dikabulkan Allah adalah doa orang yang berpuasa ditambah berdoanya di tempat yang mustajab dan waktu yang mustajab pula. Wallahu a’lam bishawab,” pungkas Uswadin. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya