Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
TOBAT dari akar kata taba-yatubu-taubah berarti kembali, yakni kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan sesat. Kembali menyadarkan diri kita bahwa selama ini kita keliru di dalam menempuh jalan kehidupan.
Secara implisit seorang yang bertobat mengembalikan dirinya kepada Allah SWT seraya memohon pengampunan dan berikrar untuk meninggalkan secara permanen kekeliruan dan kesalahan yang selama ini dilakukan.
Tobat itu bertingkat-tingkat. Syekh Ibn ‘Athaillah rahimahullah berkata membedakan dua jenis tobat, yaitu tobat inabah dan tobat istijabah. Tobat inabah ialah sikap tobat seseorang hamba yang didorong oleh rasa takut terhadap dosa dan maksiat yang telah dilakukannya sehingga terbayang di benaknya kerugian besar di dunia serta siksa dan malapetaka Tuhan yang amat pedih di neraka.
Dosa dan maksiat yang pernah dilakukannya membuatnya betul-betul takut kepada Allah SWT. Dalam suasana takut seperti itu ia menyerahkan diri, bertobat, dan memohon pengampunan kepada Allah. Ia selalu membayangkan api neraka yang akan menyiksa dirinya seandainya Allah tidak memaafkannya.
Siang dan malam selalu melakukan ketaatan kepada Allah dengan harapan amal kebajikan bisa mengikis habis segala dosa-dosanya sebagaimana firman Allah: Inna al-hasanat yudzhibna al-sayyi’at (sesungguhnya amal kebajikan menghapuskan segala dosa).
Adapun tobat istijabah merupakan bentuk tobat seorang hamba yang malu terhadap kemuliaan-Nya. Tobat dalam tahap ini tidak lagi membayangkan Allah SWT sebagai Maha Pembalas terhadap segala dosa dan maksiat sebagaimana dalam tahap tobat inabah.
Tobat istijabah ketika seseorang lebih merasa tersiksa rasa malu terhadap Tuhannya ketimbang panasnya api neraka-Nya. Yang membuat seseorang tersiksa ialah betapa pedihnya jika terbebani rasa malu yang amat dalam terhadap Allah SWT. Mestinya ia bersyukur dan mengabdi kepada Allah SWT dengan berbagai kenikmatan yang diperoleh dari-Nya, tetapi malah melakukan dosa dan maksiat.
Inilah yang membuatnya tersiksa, kecewa, lalu menyesali dirinya tega melakukan sesuatu yang memalukan terhadap Tuhannya. Ketersiksaannya lebih berat ketimbang ia masuk ke neraka. Seandainya disuruh memilih disiksa secara fisik di neraka atau terbebani rasa malu terhadap Tuhannya, ia akan memilih disiksa di neraka.
Pertanyaan kepada diri kita, jenis tobat apa yang kita miliki? Apakah kita sudah melakukan penyesalan terhadap dosa dan maksiat yang telah kita lakukan?
Apakah kita tergolong yang selalu membayangkan panasnya api neraka setelah melakukan dosa dan maksiat? Apakah sudah terbetik rasa malu kepada Allah SWT setelah kita melakukan dosa? Apakah telah muncul penyesalan mendalam dan bertekad untuk memutuskan segenap dosa-dosa dan maksiat langganan kita, karena takut atau malu kepada Allah SWT?
Apakah kita telah mengganti langganan dosa dan maksiat itu dengan amal kebajikan? Atau kita sama sekali belum melakukan perubahan di dalam diri kita, dosa dan maksiat masih berjalan terus tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun.
Kita sepantasnya mengintip umur kita. Tanda-tanda ketuaan apa yang kita sudah miliki semisal uban sudah bercampur di tengah rambut hitam kita dan rasa ngilu di tulang persendian sebagai akibat gejala penuaan.
Pembatasan-pembatasan apa yang diminta dokter pribadi kita semisal membatasi makanan dan pergerakan fisik. Lihatlah anak-anak kita yang sudah mulai besar dan membutuhkan figur keteladanan orangtua, atau mungkin kita sudah punya cucu yang selalu mengidolakan kita?
Tataplah diri kita tanpa topeng kepalsuan. Apakah diri kita pantas diidolakan atau mereka semua terkecoh dengan topeng-topeng kepalsuaan yang melekat di wajah kita. Di depan mereka kita malaikat, tetapi di luar sana kita iblis.
Sudah saatnya kita berubah dan sudah saatnya kita menyadarkan diri sesadar-sadarnya kepada Allah SWT. Hidup ini semakin tidak menentu dan sulit diprediksi karena banyak faktor. Ada virus korona yang menjemput jiwa orang secara tiba-tiba. Ada tanah longsor, hujan deras yang mendatangkan banjir bandang, gempa bumi. Begitu juga dengan gunung meletus, kapal selam tenggelam, pesawat jatuh, dan kecelakaan lalu lintas. Semuanya menelan korban secara tiba-tiba.
Mari kita sadar!
Niat puasa harus dilakukan di malam hari, yaitu antara terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Jika niat dilaksanakan di luar waktu tersebut, hukumnya tidak sah.
Windi berharap ke depannya virus menebar kebaikan ini bisa menular ke orang banyak agar semakin banyak masyarakat membutuhkan yang mendapatkan uluran tangan.
Durasi berpuasa di Rusia jauh lebih lama di Indonesia, yakni 16-20 jam. Waktu subuh jatuh pada pukul 02.00, sementara maghrib pada pukul 22.00.
Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan menggencarkan vaksinasi Covid-19 di bulan Ramadan untuk pelayan publik dan lansia.
Mengutip dari NU Online, ada beragam redaksi lafal niat puasa yang dapat dibaca oleh mereka yang terkena kewajiban puasa Ramadan.
Dengan kata lain ketika seseorang niat puasa Ramadan hanya dalam hati tanpa mengucapkannya sudah cukup dan sah baginya niat puasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved