YCAB Foundation dan Facebook Indonesia, bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berkomitmen memajukan masyarakat digital dalam aktivitas berinternet melalui program Asah Digital.
Program ini bertujuan mengembangkan literasi digital menjadi kewargaan digital dengan menyasar kalangan guru dan murid memupuk budaya positif dan bijak berinternet.
Pelaksanaan program Asah Digital dimulai sejak Juli 2020 berlangsung secara daring. Para peserta terdiri lebih dari 700 guru dan 16.000 pelajar di 8 provinsi .
Baca juga: Kantor Imigrasi Bandara Soeta Pulangkan 32 WN India
Mereka mempelajari kewargaan digital yang merupakan cara seseorang berperilaku melaksanakan hak dan kewajibannya dalam ruang digital. Keterampilan ini mencakup cara mencerna dan membagikan informasi yang dapat diakses dan cara berinteraksi dengan orang lain di dunia digital.
"Memasuki era serba digital, literasi digital bisa membuka banyak peluang baru para siswa dalam mengembangkan ide-ide baru, inovasi, dan kreativitas. Fokus pada literasi digital perlu diteruskan dan diterapkan kepada para guru dan generasi penerus bangsa," kata Veronica Colondam, Founder dan CEO YCAB Foundation pada webinar yang dihadiri Plt Pusdatin Kemendikbud Hasan Chabibie dan Ruben Hattari Kepala Kebijakan untuk Facebook di Indonesia, Kamis (21/4)
Dikatakan melalui program Asah Digital, para siswa dan guru dapat membuka wawasan mengaplikasikan literasi digital dengan maksimal.
Mereka bisa mendapat pengetahuan mengenai berinteraksi secara aman di dunia digital, menyebarkan berita baik secara bijaksana, dan memaksimalkan potensi melalui literasi digital untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.
“Di negara dengan tingkat pengguna internet yang besar seperti Indonesia, menghadirkan program literasi digital kepada guru dan siswa sangatlah penting guna menciptakan interaksi masyarakat yang positif, aman dan terinformasi di internet," kata Ruben Hattari, Kepala Kebijakan untuk Facebook di Indonesia.
Menurutnya program Asah Digital bersama YCAB menjadi sarana bagi para guru dan siswa mendapatkan ilmu menjadi warga digital yang baik serta membagikan pengalaman mereka kepada lebih banyak orang di sekitarnya.
Hasan Chabibie menambahkan hasil survei Pusdatin Kemendikbud dalam metodologi belajar menunjukan sebagian besar siswa sekitar 85 persen mengerjakan tugas-tugas dari guru secara satu arah.Sebanyak 45
persen bercerita mengakses sumber belajar lainnyamelalui youtube ,rumah belajar, ruang guru dan plaform lainnya.
Ditemukan kendala di antaranya hambatan tertinggi adalah kemampuan memahami materi pembelajaran. Hal ini terjadi karena keterbatasan interaksi selama Belajar dari Rumah (BDR), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring. Kondisi ini dinilai mengkhawatirkan terjadinya loss learning.
Selanjutnya, rasa bosan yang melanda dan menghinggapi para siswa, apalagi usia aktif dan selalu berada di rumah mencuatkan kejenuhan.
Maka denga analisa komprehensif tersebut Juli akan dibuka PTM yang saat ini sudah ada yang menerapkan serta simulasi di sejumlah sekolah dengan penerapan prokes yang ketat.
Manakala PTM dibuka Juli mendatang diharapkan mampu menutupi kelemahan sejumlah kelemahan PJJ tersebut.
"Nyala api dan semangat belajar siswa mesti terus digalakan melalui PTM dengan tetap ketat menjaga prokes," pungkas Hasan Chabibie. (H-3)