Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Menumbuhkan Rasa Adil

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal
24/4/2021 05:30
Menumbuhkan Rasa Adil
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal.(MI/Seno)

KONTEMPLASI kita saat ini ialah bagaimana menumbuhkan rasa adil dan kedamaian di dalam masyarakat. Salah satu hal yang sering ditekankan para aktivis dan pejuang kemanusiaan ialah menegakkan rasa adil.

Bahkan Alquran mengisyaratkan bentuk dan sistem pemerintahan seperti apa pun yang dijalankan, mau kerajaan atau republik, yang penting ialah keadilan harus betul-betul ditegakkan di dalamnya.

Banyak ayat menegaskan perlunya menegakkan keadilan, di antaranya, “Hai orang orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al-Maidah/5:8).

Nabi Muhammad SAW dikagumi oleh kawan dan lawan karena prinsip keadilannya. Ia selalu menganjurkan sahabatnya agar selalu mengedepankan dan menegakkan rasa adil di dalam masyarakat. Rasa adil itu tak hanya untuk kaum muslim, tetapi juga bagi penduduk nonmuslim.

Rasa adil kepada segenap warga, tanpa membedakan jenis kelamin, ras, agama, dan kewarganegaraan, dipandang sangat fundamental oleh Nabi. Banyak hadis yang dapat dijadikan sebagai bukti betapa Nabi sangat concern atas perlakuan adil terhadap penduduk atau etnik tertentu, termasuk perbedaan warna agama, aliran, dan kepercayaan.

Nabi selalu menyerukan pada setiap kali terjadi peperangan agar jangan membunuh penduduk sipil yang tak berdosa serta mengganggu anak-anak dan janda. Nabi juga tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit. Muazin yang selalu dipercaya Nabi ialah Bilal, seorang mualaf dari Afrika yang berkulit hitam.

Contoh lain, Nabi pernah sangat marah kepada Usamah, sang pang lima angkatan perang, lantaran membunuh salah seorang musuh yang terpojok lalu tiba-tiba meneriakkan yel-yel dua kalimat syahadat: Asyhadu an lailaha illallah wa asyhadu anna muhammadun Rasulullah.

Nabi bertanya kepada Usamah apa alasannya membunuh orang yang sudah bersyahadat. Dijawab oleh Usamah, “Ia bersyahadat karena terpojok. Seandainya ada kesempatan untuk lolos pasti dia tidak bersyahadat.”

Meskipun begitu, Nabi tetap mencela perbuatan Usamah dengan mengatakan, “Nahnu nahkum bi al dhawahir wallah ya ta walla al-sarair.” (Kita hanya menghukum apa yang tampak, Allah yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati).

Itu semua menjadi bukti nyata bahwa betapa Rasulullah selalu memberikan rasa adil kepada segenap umatnya, termasuk kepada umat nonmuslim. Para sahabat pun ikut mencontoh seperti apa yang pernah dicontohkan Nabi.

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa ia pernah bersama Umar ibn Khaththab tiba-tiba didatangi seorang nonmuslim dari Mesir mengadukan halnya, “Wahai Amirul Mukminin, Amr ibn ‘Ash pernah mengadakan perlombaan pacuan kuda dan aku yang menang, tetapi tiba-tiba putra Ibn ‘Ash bernama Muhammad mengklaim kemenangan itu dengan mengatakan itu kudanya.” Aku tetap mempertahankan bahwa itu bukan kudanya, melainkan kudaku, hingga Muhammad ibn Ash mencambuknya.

Setelah itu, dia mengatakan ambillah kudamu, aku ini ialah putra yang mulia Amr ibn ‘Ash. Saat menanggapi laporan dari nonmuslim Mesir itu, Umar ibn Khaththab menyurat ke Amr ibn ‘Ash agar ia bersama putranya, Muhammad, segera menemuinya.

Akhirnya ia bersama putranya datang menemui Umar ibn Khaththab, sedangkan Muhammad ibn ‘Ash bersembunyi di belakang orang tuanya. Umar mencari orang Mesir yang pernah dianiaya lalu diperintahkan untuk mencambuk Muhammad hingga memar.

Umar menyampaikan kepada lelaki nonmuslim yang berkebangsaan Mesir itu untuk melaporkan halnya kepadanya tanpa khawatir. Kalau kamu merasa takut, menyuratlah kepadaku. Luar biasa redaksi surat ini.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik