KOMPONEN bambu tidak bisa dipisahkan dari dunia arsitektur nusantara. Memiliki nilai jual tinggi dalam sisi keindahan, material bambu menarik minat praktisi arsitektur untuk digunakan pada berbagai fungsi arsitektur baru.
Hal itu mengemuka dalam seminar 'Arsitektur Instalasi Bambu' yang berlangsung secara virtual, Kamis (22/4). Seminar yang digelar PT Kenari Djaja Prima dan majalah ASRINESIA ini diikuti 650 peserta.
"Bambu sejak dulu sudah menjadi bagian kehidupan rakyat dan digunakan untuk berbagai hal seperti bangunan, konstruksi jembatan, pengaman lingkungan, perlengkapan rumah tangga, hingga alat kesenian,” kata Direktur PT Kenari Djaja Prima, Hendry Sjarifudin.
Menurut Hendry, konstruksi bambu yang menciptakan bentuk atap khas bangunan tradisional Nusantara, menginspirasi ahli bambu dan arsitek melakukan terobosan merancang intalasi bambu menjadi suatu karya arsitektur yang menarik.
"Bambu sebagai tanaman tropis tidak kehilangan karakteristiknya ketika dipadukan dengan material lain seperti logam, kaca, dan beton. Diharapkan dari seminar online ini memberikan dampak positif bagi kita semua," tegas Hendry.
Inggar Sephtia Irawati, peneliti dari UGM yang mendalami karakter tanaman bambu menyebutkan bambu bahan bangunan unggul dan ramah lingkungan. Menurutnya, sifat lentur yang dimiliki membuat bambu merupakan material yang aman dan kuat. Sedangkan Pon S. Purajatnika, arsitek yang telah menekuni tanaman bambu sejak lama dan menggunakan dalam karya-karyanya menyebut pemakaian bambu dalam dunia arsitek menjadi daya tarik tersendiri.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Majalah ASRINESIA, Sri Murdiningsih mengatakan karya arsitektur intalasi bambu mampu menarik perhatian dan akan mewarnai beberapa destinasi pariwisata di Indonesia. "Material bambu adalah suatu aset bangsa yang memiliki nilai tinggi dan mampu memukau banyak orang termasuk wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia," jelasnya. (RO/OL-15)