Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PEMERIKSAAN organ reproduksi menunjukkan semuanya normal. Hubungan seksual pun sudah rutin dilakukan. Tapi, mengapa kehamilan tak kunjung terjadi? Masalah ini tentu membingungkan pasangan suami istri. Tapi tenang, ada upaya medis yang bisa membantu mengatasinya.
Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi & Reproduksi RS Pondok Indah - IVF Centre, dr. Gita Pratama, Sp.OG-KFER, M.RepSc, menjelaskan, dalam dunia medis, kasus seperti itu disebut infertilitas idiopatik atau (unexplained infertility).
“Infertilitas idiopatik merupakan keadaan ketika pasangan sudah melakukan pemeriksaan lengkap seperti pemeriksaan analisis semen (sperma), penilaian fungsi ovulasi, dan uji patensi tuba (saluran telur pada organ reproduksi perempuan) dinyatakan normal, namun tetap tidak bisa hamil. Infertilitas idiopatik terjadi pada sekitar 10 persen pasangan dengan gangguan kesuburan,” paparnya.
Bisakah hamil?
Dokter Gita mengungkapkan, walaupun penyebab dari infertilitas tidak dapat diketahui, namun bukan berarti pasangan dengan infertilitas idiopatik tidak dapat memiliki keturunan. Tingkat kehamilan secara spontan (alami) pada pasangan ini bahkan lebih tinggi daripada pasangan dengan penyebab infertilitas yang lainnya.
“Penelitian menunjukkan angka kehamilan secara spontan terjadi sebanyak 13-15 persen pada percobaan tahun pertama, dan meningkat menjadi 35 persen pada percobaan tahun berikutnya. Akan tetapi, angka kehamilan secara spontan terus menurun dengan durasi infertilitas lebih dari tiga tahun dan pada pasangan yang wanitanya berusia di atas 30 tahun,” papar dr. Gita.
Terapi penanganan
Ada beberapa cara untuk mencapai kehamilan pada pasangan yang mengalami infertilitas idiopatik. Pertama, terang dr. Gita, manajemen ekspektatif. Pilihan terapi ini didasari oleh fakta bahwa tingkat kehamilan spontan (alami) pada pasangan dengan infertilitas idiopatik cukup tinggi, karenanya melakukan hubungan seksual teratur 1-2 hari sekali pada masa subur sangatlah penting. Masa subur ialah periode 10-17 hari setelah hari pertama haid.
“Pilihan ini dapat dilakukan pada pasangan dengan usia wanita di bawah 35 tahun dan usia pernikahan di bawah 2 tahun,” kata dr. Gita.
Pilihan kedua, inseminasi intrauterine. Apabila kehamilan juga tidak didapatkan dengan manajemen ekspektatif, maka disarankan melakukan inseminasi intrauterine yang dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan penyubur seperti klomifen sitrat, letrozole, atau gonadotropin.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya langsung ke rongga rahim. Cara ini meningkatkan keberhasilan kehamilan dengan catatan tidak ada gangguan atau kelainan pada serviks dan antibodi antisperma yang sering dikaitkan sebagai penyebab infertilitas idiopatik.
Pilihan terapi selanjutnya, program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF). Langkah ini dapat menjadi salah satu solusi, apabila kehamilan tidak juga didapatkan setelah kegagalan dengan inseminasi intrauterine.
“Program bayi tabung merupakan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB). Pada program ini, pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi di luar tubuh wanita, kemudian embrio hasil pembuahan ditempatkan kembali ke dalam rahim. Keberhasilan program bayi tabung pada pasangan yang mengalami infertilitas idiopatik mempunyai angka keberhasilan yang cukup tinggi yakni 30-40 persen,” terang dr. Gita.
Sebelumnya, RS Pondok Indah Group telah meresmikan RS Pondok Indah - IVF Centre, sebuah klinik bayi tabung modern yang dilengkapi teknologi terkini. Salah satu teknologi yang digunakan adalah Time-lapse Incubator yaitu alat inkubator yang dilengkapi kamera dan mikroskop guna menangkap gambaran perkembangan embrio setiap lima menit sekali, tanpa harus mengeluarkannya dari inkubator.
Ada pula teknologi untuk memeriksa kromosom sebelum embrio ditransfer ke dalam rahim. Pemeriksaan kromosom ini dilakukan dengan metode pre-implantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A) untuk mendeteksi kelainan genetik embrio serta mengurangi risiko keguguran.
“Di RS Pondok Indah IVF Centre kami didukung oleh 9 dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi serta didukung tim embriologis dan dokter ahli dari berbagai spesialisasi,” ujar Chief Executive Officer RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS.
Ia menambahkan, setiap pasangan memiliki kondisi dan kebutuhan yang spesifik sehingga perencanaan program kehamilan juga akan berbeda dan membutuhkan pendekatan yang personal. Karenanya, klinik yang berlokasi di lantai 6 North Wing RS Pondok Indah – Pondok Indah ini menerapkan konsep pendampingan Konselor IVF pada seluruh rangkaian proses.
“Kami berharap RS Pondok Indah IVF Centre dapat menjadi layanan kesehatan reproduksi berbantu terdepan yang berkualitas, dan menjadi pewujud asa para pasangan dengan infertilitas yang mendambakan buah hati,” tutup dr. Yanwar. (Nik/OL-09)
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati di luar negeri, menandakan potensi besar industri kesehatan domestik yang harus dioptimalkan.
Kasus Raya, anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi cacing menunjukkan standar kebersihan di masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Praktik hipnoterapi yang diimplementasikan secara tepat dapat menyembuhkan trauma yang disebabkan oleh perundungan dan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
UPAYA memperkuat perlindungan perempuan dan anak dari ancaman tindak kekerasan melalui pengintegrasian sistem antarlembaga terkait harus mendapat dukungan semua pihak.
Pada usia 5 tahun, koneksi yang dibentuk oleh pengalaman sehari-hari dalam bermain, eksplorasi, belajar, akan secara harfiah membangun arsitektur otak mereka.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Muklay menyampaikan bahwa seni sebaiknya dipahami sebagai ruang ekspresi, bukan sebagai sarana mencari keuntungan materi semata.
Cacingan umum terjadi pada anak usia 5–10 tahun. Kenali gejala, cara mengobati, dan langkah pencegahan untuk melindungi anak dari infeksi cacing.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved