Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SETIAP wanita memasuki fase remaja akan mengalami siklus menstruasi. Siklusnya beragam, normal menstruasinya berkisar antara tiga hingga tujuh hari dengan jarak untuk setiap siklusnya mulai dari 21 hingga 35 hari.
Siklus menstruasi perempuan dipengaruhi oleh perubahan hormon dimana melibatkan estrogen dan progesteron. Ketidakseimbangan salah satu atau kedua hormon ini memicu dapat terjadinya haid tidak teratur.
“Penyebabnya juga beragam, bisa karena kelelahan, stres, obesitas atau terlalu kurus, menyusui, diet berlebihan, hingga penggunaan pil KB yang tidak sesuai,” jelas dr.Aripin Syarifudin Sp.OG., melalui edukasi Siloam Hospitals secara live di akun Instagram milik Siloam Hospitals Silampari, Senin (29/3).
Menurut dr.Aripin, selain beberapa faktor penyebab yang telah disebutkan, dokter spesialis penyakit kandungan dan kebidanan, turut menjelaskan tentang Mioma Uteri atau disebut mioma rahim (Miom).
“Salah satu penyebab adanya gangguan menstruasi adalah mioma uteri, yaitu merupakan tumor jinak yang terdapat pada dinding rahim. Meskipun jinak, tumor pada dinding rahim dapat tumbuh besar hingga membuat pengidapnya mengalami rasa nyeri dan gangguan saat haid berlangsung," tuturnya.
Sebelumnya dijelaskan mengenai mioma yang merupakan sel tumor yang sifatnya jinak. Gangguan kesehatan ini memiliki nama lain uteri fibroid, mioma, dan leiomyoma. Mioma sendiri berasal dari pertumbuhan abnormal sel pada bagian otot polos rahim.
"Namun, mioma terjadi bisa tanpa menimbulkan gejala, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut melalui pemeriksaan USG untuk mendeteksi ada tidaknya mioma tersebut," papar Aripin menerangkan yang diikuti puluhan viewer di live Instagram.
Ia menjelaskan bahwa haid tidak normal bukan berarti ada mioma dan perlu memperhatikan gejala dan perbedaan.
“Mioma muncul pada rentang usia reproduktif, antara 16 hingga 50 tahun, masa ketika hormon reproduksi berperan aktif dalam tubuh,” ujarnya.
Semua wanita rentan mengalami mioma, dr.Aripin menegaskan bahwai risiko lebih tinggi dialami wanita dengan berat badan berlebihan atau obesitas. Peningkatan berat badan turut memicu peningkatan hormon estrogen.
“Lalu, risiko juga sama tingginya bagi wanita yang memang memiliki keluarga yang juga mengidap mioma rahim alias faktor keturunan. Remaja yang memulai menstruasi pertamanya terlalu dini dan pola hidup yang kurang sehat juga bisa memicu munculnya mioma,” tuturnya.
Pada kesempatan selanjutnya, dokter spesialis penyakit kandungan dan kebidanan Siloam Hospitals Silampari ini pun menekankan, bahwa tidak semua kelainan menstruasi dikarenakan mioma rahim, bisa juga dikarenakan faktor indung telur (kista ovarium), sehingga penting untuk setahun sekali medical check up atau evaluasi ultrasonografi (USG) untuk deteksi dini kelainan di organ kewanitaan.
"Gejala yang sering terjadi jika perempuan memiliki mioma dalam rahim, yakni perdarahan menstruasi lebih banyak dengan durasi yang lebih lama dibandingkan dengan haid yang normal," ungkap dr. Aripin.
Gejala lain yang dapat timbul adalah perut yang membesar atau teraba adanya benjolan yang membedar. Bisa disertai, buang air kecil menjadi lebih sulit, sering sebagai akibat dari adanya tekanan benjolan di rahim pada bagian kandung kemih. Atau bahkan kesulitan dalam hal buang air besar.
Ketika pengidap mioma melakukan hubungan intim, akan timbul rasa nyeri pada bagian rahim, pun ketika tidak sedang berhubungan badan, rasa nyeri bisa tetap terasa, terlebih kala masa haid datang. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi gangguan kesuburan.
Pada akhir presentasi edukasi, dr. Aripin menjelaskan sejumlah faktor penyebab timbulnya Mioma sehingga menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu pertama, keturunan genetik
Jika ada seorang ibu yang mengidap Mioma, maka pada anak wanitanya akan beresiko 2,5 kali lebih tinggi mengidap mioma rahim. Kelainan kromosom terutama pada kromosom 12 dan 14, berperan dalam timbulnya mioma rahim pada wanita.
Kedua, kelebihan berat badan. Penyakit Mioma lebih berisiko pada perempuan dengan berat badan berlebih/obesitas, terutama dengan komposisi lemak tubuh lebih dari 30%. Penelitian menunjukkan setiap kenaikan 10kg berat badan, risiko terjadinya mioma uteri meningkat 21%.
Ketiga, kelainan Menstruasi. Menstruasi yang terlalu dini juga dapat menjadi penyebab Miom. Pola pertumbuhannya juga bervariasi, ada yang tumbuh dengan cepat dan juga bisa tumbuh dengan lambat. Bahkan bisa juga berukuran sama dan tetap sejak muncul pertama kali.
Keempat, kehamilan. Saat hamil, terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan aliran darah di dalam rahim ini diduga menjadi penyebab dapat bertumbuh besarnya ukuran Mioma saat hamil dan menjadi penyulit terhadap kehamilan, bahkan persalinan bila posisi mioma menutupi jalur persalinan.
"Dengan mengenali gejala, penyebab dan sejumlah faktor ini, diharapkan masyarakat semakin mengerti akan pentingnya arti kesehatan dan menjaga gaya hidup sehat,” jelasnya.
“Karena bahaya dari penyakit Mioma ini termasuk dapat menyebabkan keguguran, umum terjadi pada ibu hamil yang usia kandungannya masih berada di trimester pertama. Dan bila Mioma tumbuh pada saluran leher rahim, otomatis leher rahim akan menyempit dan masuknya sperma menuju rahim pun akan terhambat. Kondisi ini akan menimbulkan kesulitan peluang wanita untuk hamil, " papar dr. Aripin. (Nik/OL-09)
Penelitian menemukan konsumsi protein hewani tidak meningkatkan risiko kematian, bahkan dapat memberikan perlindungan terhadap kematian akibat kanker.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
Sarkoma adalah kanker yang berasal dari jaringan mesenkim, lapisan yang dalam tubuh manusia berkembang menjadi jaringan ikat, otot, lemak, pembuluh darah, hingga tulang.
Menurut Senior Consultant Medical Oncology di Parkway Cancer Centre, Dr Richard Quek, terdapat lebih dari 70 subtipe sarkoma yang dikenal saat ini.
Asap ganja memiliki kandungan kompleks yang terdiri dari tetrahydrocannabinol (THC) yang menciptakan efek euforia, partikel halus, serta zat karsinogen yang juga terdapat dalam tembakau.
Di tengah perjuangan melawan kanker, kekuatan bukan hanya berasal dari terapi medis, tetapi juga dari dukungan emosionalĀ dan hubungan yang bermakna dengan komunikasi empatik.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
RiskesdasĀ 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved