Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Jumlah Titik Panas Penyebab Karhutla Turun 24,87% di 2021

Atalya Puspa
26/3/2021 16:55
Jumlah Titik Panas Penyebab Karhutla Turun 24,87%  di 2021
Polda Riau terus melakukan pemadaman terhadap 169 titik api dari total 173 titik panas kebakaran hutan dan lahan.(MI/Rudi Kurniawansyah )

DIREKTUR Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Basar Manulang mengungkapkan, titik panas yang tersebar di seluruh Indonesia sejak Januari hingga Maret 2021 menurun 24,87% dibanding periode yang sama pada 2020.

"Jumlah hotspot dengan convident level high (>80%) pada periode 1 Jan - 26 Maret 2020 tercatat 583 titik. Pada perode yang sama tahun ini tercatat 438 titik. Berarti terjadi penurunan 145 titik atau menurun 24,87%," kata Basar kepada Media Indonesia, Jumat (26/3).

Baca juga: Mulai Kemarau, BMKG Minta Daerah Waspadai Karhutla

Hal tersebut, kata dia merupakan buah dari upaya pencegahan karhutla yang dilakukan KLHK sejak dini. Langkah pencegahan tersebut di antaranya, dari hotspot yang terpantau segera dilakukan groundcheck atau verifikasi lapangan apakah hotspot tersebut adalah kejadian karhutla.  "Karena hotspot atau titik panas ini baru merupakan indikasi terjadinya karhutla," katanya.

Adapun, groundcheck dilakukan oleh para petugas lapangan, baik oleh Manggala Agni atau terpadu bersama unsur POLRI, TNI, BPBD, atau berdasarkan laporan masyarakat. Jika ditemukan karhutla, segera dilakukan upaya penanggulangan.

"Penanggulangan karhutla selain melalui operasi penanggulangan dari darat juga dilakukan dukungan operasi melalui udara," ungkap Basar.

Khusus untuk wilayah Riau dan Kalimantan Barat yang terpantau paling rawan karhutla pada awal April ini, KLHK telah mengirimkan dukungan operasi udara mulai 28 Februari untuk memperkuat Satgas Pengendalian Karhutla.

"Adapun misi utama operasi udara yang akan dilaksanakan oleh dukungan helikopter ini adalah untuk patroli/pemantauan udara, pemadaman udara, dan evakuasi penyelamatan," bebernya.

Basar melanjutkan, KLHK bersama BNPB, BPPT, TNI Angkatan Udara, BMKG dan BPBD Riau dan Kalbar juga telah melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Riau dan sekitarnya.

"TMC ini dilakukan dengan maksud untuk membasahi kawasan gambut, mengisi embung, kanal dan kolam retensi untuk menekan potensi terjadinya karhutla," ungkapnya.

Basar merinci, KLHK telah menyiagakan sebanyak 239 anggota Manggala Agni di 5 (lima) wilayah Daerah Operasi (Daops) untuk wilayah Provinsi Riau termasuk Kepulauan Riau. Daops Brigade Dalkarhutla KLHK di bawah Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera ini meliputi Daops Sumatera IV (Pekanbaru), Daops Sumatera V (Dumai), Daops Sumatera VI (Siak), Daops Sumatera VII (Rengat), dan Daops Sumatera VIII (Batam).

Patroli pencegahan karhutla dilaksanakan oleh Manggala Agni atau secara terpadu bersama unsur POLRI, TNI, tokoh masyarakat dan Masyarakat Peduli Api (MPA). Dalam patroli tersebut selain dilakukan pemantauan lapangan juga memberikan sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla kepada masyarakat. "Tahun 2021 di wilayah Indonesia terdapat 1.200 desa rawan karhutla yang menjadi sasaran untuk kegiatan pencegahan karhutla," pungkasnya.

Terpisah, Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian mengungkapkan, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk meredam potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau dan Kalimantan Barat akan berlangsung hingga Oktober mendatang. "Dari status darurat Riau dan Kalimantan Barat sampai Oktober 2021. Berarti kira-kira TMC akan diadakan sampai Oktober. Tahun lalu demikian," kata Jon.

Ia menyatakan, TMC di Riau telah dilakukan sejak 10 Maret 2021, sementara TMC di wilayah Kalimantan Barat sejak 12 Maret 2021.  Stok bahan semai untuk wilayah Kalimantan Barat hingga saat ini yakni 15.200 kg. Sementara itu untuk wilayah Riau yakni 8.800 kg. Untuk sementara, pihaknya masih mengevaluasi hasil TMC di wilayah Riau dan Kalimantan Barat.

"Wilayah rawan karhutla hampir tersebar merata di kedua provinsi tersebut, sehingga upaya pembasahan melalui TMC terus dilakukan untuk mengantisipasi periode puncak kemarau potensi kebakaran tidak pada level maksimum," ucapnya. (Ata/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya