Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Begini Upaya Jateng Genjot Literasi Lewat Perpustakaan

Syarief Oebaidillah
23/3/2021 01:00
Begini Upaya Jateng Genjot Literasi Lewat Perpustakaan
Perpustakaan keliling di Solo, JAwa Tengah(Antara/Maulana Surya)

KEPALA Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando membantah anggapan yang menyebutkan budaya baca masyarakat Indonesia rendah. Menurutnya, ketersediaan buku di Indonesia masih kurang, sehingga bahan bacaan pun terbatas. Kepala Daerah, lanjutnya, juga punya peran dalam meningkatkan literasi warganya.

Hal itu ditegaskan Syarif dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan tahun 2021, Senin, (22/3), yang digelar hybrid.

Salah satu daerah yang mulai menggenjot literasi warganya ialah Jawa Tengah. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya terus mendorong lahirnya kesadaran membaca dan budaya literasi, sesuai amanat Undang-undang No.43 Tahun 2007 pasal 8, yang mengatur mengenai kewajiban Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kewajiban itu diantaranya menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah, menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan, memfasilitasi penyelenggaraan perpustakaan di daerah dan mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasar kekhasan daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kekayaan budaya daerah.

“Maka, Provinsi Jawa Tengah menaruh beberapa prioritas yakni pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar, pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, pemerataan layanan pendidikan berkualitas, penguatan literasi untuk kesejahteraan, Jateng literasi informasi terapan dan inklusif, juga pendampingan masyarakat untuk literasi informasi,” bukanya.

Menurutnya, perpustakaan saat wajib tampil secara modern, karena kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan masyarakat sekaligus kebutuhan zaman.

Menurutnya, secara umum, potret perpustakaan digital terkini ada pada titik belum adanya konsep rancang bangunan perpustakaan digital. Termasuk tingkat kemudahan dalam konsep aksesbilitas, juga manajemen dan kebijakan perpustakaan digital.

“Mau tidak mau, kita pindah. Kita bergeser. Rasanya anak-anak sekarang lebih mudah dan lebih cepat, apalagi kita sedang pandemi. Mereka bisa belajar, main game dan belajar apapun dengan cepat. Anak-anak sekarang bisa menerobos kemana saja. Tugas kita adalah infrastruktur dan rancang bagunan harus kita siapkan,” tegasnya.

Baca juga : Sekolah Bisa Gunakan Dana BOS untuk Koleksi Perpustakaan

Jateng menjalankan strategi pembangunan perpustakaan melalui beberapa gerakan, antara lain dukungan kebijakan, mulai dari anggaran hingga tim sinergi. Selanjutnya, Ganjar membuat i-Jateng, juga optimalisasi media sosial sebagai media kampanye.

“Dinas-dinas di Jateng saya dorong untuk punya medsos, dan diusahakan verified, centang biru. Soal buku, kita sudah harus siapkan e-book, termasuk banyak aplikasi yang mengembangkan membaca buku tidak hanya di-scrol, tapi juga bisa membukanya per halaman, seperti membaca buku fisik,” katanya.

Secara khusus pada masa pandemi ini, kata Ganjar, Jawa Tengah tak berhenti menyuarakan gerakan literasi dan budaya baca melalui saluran darin dan beberapa gerakan, seperti Ruang Belajar Modern, kursus daring gratis yang diadakan oleh perpustakaan provinsi Jawa Tengah, juga membaca melalui i-jateng.

“Bosan berkegiatan di rumah, ayo ikut kursus online di Perpustakaan Provinsi Jateng. Meski selama pandemi ini kita mengaturnya lebih ketat,” ajaknya.

Lewat upaya itu, indeks literasi Jateng pun terus meningkat. Ganjar mengungkapkan, hasil pembangunan perpustakaan berdasarkan indeks pembangunan minat baca, yang diketahui secara Nasional pada 2020, masuk kategori ‘Sedang’, yaitu 55,74 persen. 

Angka indeks minat baca Jawa Tengah pada 2020 juga termasuk kategori ‘Sedang’, yaitu 61,88 persen, yang dikatakan Ganjar masih lebih tinggi dibanding indeks minat baca nasional. Sedangkan minat baca masyarakat Jawa Tengah berada pada angka 55,17 persen, dengan tiga daerah paling dominan adalah Kabupaten Karanganyar (70,92 persen), Kota Surakarta (61,92 persen), dan Kabupaten Banjarnegara sebesar 61,83 persen.

Itu semua berasal dari 2.347.072 total jumlah koleksi buku di perpustakaan-perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dengan klasifikasi jumlah perpustakaan sesuai kategorinya. Jawa Tengah memiliki 4.664 perpustakaan umum, perpustakaan sekolah/madrasah sebanyak 23.332 unit, perpustakaan khusus sebanyak 377, dan perpustakaan perguruan tinggi sebanyak 251 unit.

“Jumlah ini masih jauh dari cukup, karena kita butuh minimal sekitar enam juta buku. Kita bisa berimajinasi dengan berkelana menggunakan buku. Dalam banyak sesi seminar, saya sering kasih buku,” ujarnya. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya