Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SETIAP anak punya potensi prestasi. Tugas orangtua ialah membantu anak agar potensi itu bisa berkembang optimal. Untuk itu, salah satu upaya yang penting dilakukan ialah memastikan anak tidak kekurangan zat besi. Sebab, kecukupan zat besi berkaitan erat dengan prestasi anak.
Zat besi merupakan komponen utama pembentukan hemoglobin, bagian sel darah merah. Hemoglobin punya tugas penting, yakni membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah. Oksigen dibutuhkan untuk proses metabolisme sel sehingga organ-organ tubuh bisa berfungsi baik. Apa jadinya jika anak kekurangan zat besi?
Dokter Spesialis Gizi Klinis, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK, menjelaskan, kekurangan zat besi pada anak berdampak signifikan. “Dalam jangka pendek, kekurangan zat besi menyebabkan perkembangan otak anak terhambat, risiko diare dan infeksi saluran pernapasan meningkat, perkembangan motorik dan koordinasinya terganggu, serta gangguan pola tidur. Dalam jangka panjang, akan terjadi dampak lanjutan seperti menurunnya kemampuan kognitif dan performa edukasi, turunnya imunitas sehingga anak mudah sakit, dan keterbatasan aktivitas fisik karena anak mudah lelah,” papar dr. Luciana pada webinar yang digelar Sarihusada beberapa waktu lalu.
Jika tidak ditangani secara tepat, lanjut dr. Luciana, dampak tersebut bisa jadi permanen. Karena itu ia mengingatkan orangtua untuk memperhatikan asupan anak. Pastikan dalam kesehariannya anak mengonsumsi bahan-bahan pangan sumber zat besi, seperti, daging merah, hati, ikan, ayam, sayuran hijau, dan susu.
“Selain itu, anak juga harus cukup mengonsumsi makanan sumber vitamin C. Karena proses penyerapan zat besi membutuhkan bantuan vitamin C. Secara molekuler, zat besi dari makanan bentuknya Fe3+, vitamin C mengubahnya menjadi Fe2+, setelah diubah barulah bisa diserap tubuh,” terang dr. Luciana yang juga menjabat sebagai President of Indonesian Nutrition Association (INA).
Ia menambahkan, vitamin C banyak terdapat pada buah seperti lemon, nanas,strawberi, papaya, cranberry, juga pada sayuran seperti bayam, brokoli, serta pada kentang. Fakta bahwa penyerapan zat besi membutuhkan vitamin C menjadi salah satu contoh bahwa zat gizi dari makanan bersifat saling mendukung dan melengkapi.
“Karena itu, penting bagi anak untuk makan makanan bervariasi. Dengan makan bervariasi, zat gizi yang didapat makin lengkap, termasuk zat besi dan vitamin C,” pesan dr. Luciana.
Selain dari makanan sehari-hari, orangtua juga bisa mencukupi kebutuhan zat besi anak melalui suplementasi. “Sekarang ini orangtua semakin dimudahkan dengan teknologi pangan yang menghasilkan produk yang diperkaya zat besi dan vitamin C, misalnya susu pertumbuhan. Ini bisa dimanfaatkan untuk membantu mencukupi kebutuhan zat besi anak,” sarannya.
5 Potensi Prestasi
Kekurangan zat besi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak. Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, menjelaskan, kekurangan zat besi juga mempengaruhi sisi kognitif, emosi, sosial, dan bahasa. Lebih rinci ia memaparkan, ada tiga aspek tumbuh kembang anak, yaitu aspek fisik – motorik, kognitif – bahasa, dan sosio – emosional.
Dari tiga aspek tumbuh kembang itu, lanjut Nina, setiap anak memiliki lima potensi prestasi. Yaitu, tumbuh tinggi, berpikir cepat, percaya diri, aktif bersosialisasi, dan tangguh. “Kelima potensi prestasi ini harus dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu, anak membutuhkan kecukupan nutrisi dan stimulasi,” tutur Nina.
Bagaimana jika anak kekurangan zat besi? Nina mencontohkan rentetan akibatnya. Pertama, kekurangan zat besi berpengaruh pada fisik, misalnya tubuh anak tak setinggi teman sebaya sehingga berpotensi sering diledek. Lalu, anak mudah capek dan sering sakit sehingga tak bisa berlama-lama bermain dengan teman, padahal bergaul dengan teman merupakan salah satu kebutuhan penting anak.
Belum lagi ketika kemampuan kognitifnya juga kurang, anak sulit konsentrasi dan menangkap informasi sehingga prestasi belajarnya menurun. Dengan kondisinya, anak berisiko menjadi minder, tidak percaya diri, sulit bersosialisasi, dan mudah menyerah ketika berhadapan dengan tantangan.
“Sebaliknya, jika anak nutrisinya cukup, termasuk zat besinya, lalu anak juga mendapat stimulasi yang tepat di setiap tahap tumbuh kembangnya, kelima potensi prestasi itu bisa berkembang optimal. Anak bisa tumbuh tinggi, daya tahan tubuhnya bagus, mampu berpikir cepat dan kreatif, percaya dengan kemampuan diri, mudah bergaul, penuh empati, dan yang terpenting menjadi tangguh,” terang Nina yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Jakarta ini.
Terkait ketangguhan, Nina menggarisbawahi, anak tangguh tidak hanya dilihat dari sisi fisiknya tetapi juga psikisnya. Misalnya, bagaimana anak bisa menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan baik.
“Contoh sederhana, ketika anak kesulitan membuka kotak mainannya, anak yang tangguh akan terus mencoba, tidak mudah menyerah, kesal, menangis, atau marah-marah. Ketangguhan ini sangat penting dan menjadi bekal anak menghadapi berbagai tantangan kehidupan di masa depan,” katanya.
1 dari 3 Anak Kekurangan Zat Besi
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan menunjukkan, 1 dari 3 anak di Indonesia kekurangan zat besi. Untuk memperbaiki kondisi ini, dibutuhkan peran aktif berbagai pihak, termasuk sektor swasta. Dalam hal ini, PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) yang memiliki misi memberikan akses kemajuan bagi seluruh anak Indonesia berkomitmen turut mendukung kesehatan dan tumbuh kembang anak agar cita-cita masa depan mereka dapat tercapai tanpa terkecuali.
“Kami percaya kemajuan bangsa Indonesia di masa depan bergantung pada kualitas anak-anak masa kini. Terlebih, saat ini anak-anak Indonesia butuh bantuan dalam mengatasi tantangan kesehatan seperti kondisi kekurangan zat besi. Untuk itu, Sarihusada melalui SGM Eksplor berinovasi dan meluncurkan formula terbaru SGM Eksplor, yaitu SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC,” ujar Astrid Prasetyo, Marketing Manager SGM Eksplor.
Sarihusada, lanjutnya, ingin membantu orang tua memenuhi kebutuhan zat besi serta nutrisi penting lainnya untuk anak dan menghindarkan mereka dari dampak jangka panjang kekurangan zat besi. Formula SGM Eksplor Pro-gress Maxx diperkaya IronC, sebuah kombinasi zat besi dan vitamin C dalam rasio molar yang telah disesuaikan untuk memberikan asupan zat besi kepada anak dan memastikan asupan tersebut dapat terserap dengan optimal. “Selain itu, SGM Eksplor Pro-gress Maxx juga dilengkapi nutrisi penting lainnya seperti minyak ikan, omega 3 & 6, tinggi protein, kalsium, vitamin D, serat pangan, dan zinc untuk mendukung tumbuh kembang optimal anak Indonesia,” tambah Astrid.
Tak hanya memberikan akses nutrisi, pihaknya juga menyediakan akses edukasi bagi para orangtua. “Kami sangat setuju dengan pandangan dari psikolog anak dan keluarga yang menyatakan bahwa selain nutrisi, stimulasi tepat juga dibutuhkan untuk mengasah 5 potensi prestasi anak untuk menjadi generasi maju," jelasnya.
"Selain itu, kami memahami bahwa orangtua Indonesia memiliki harapan akan anaknya dan membutuhkan dukungan akses edukasi dan informasi. Oleh karena itu SGM Eksplor turut serta dalam memberikan akses edukasi melalui platform Sekolah Generasi Maju, aplikasi Analisis Potensi Prestasi Anak Generasi Maju, dan Online Festival Generasi Maju. SGM Eksplor melanjutkan komitmen tersebut untuk memastikan orangtua Indonesia mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dan membantu mewujudkan Generasi Emas 2045,” terang Astrid.
Pada platform Sekolah Generasi Maju, paparnya, orangtua dapat menemukan berbagai informasi dan tips tentang stimulasi yang tepat untuk anak-anak. Kemudian, melalui aplikasi Analisis Potensi Prestasi Anak Generasi Maju, orangtua dapat memantau tumbuh kembang anak dalam mencapai potensi prestasinya melalui serangkaian pertanyaan.
Orangtua dapat dengan mudah mengakses konten Sekolah Generasi Maju dan perangkat Analisis Potensi Prestasi Anak Generasi Maju secara gratis di situs generasimaju.co.id. Adapun Online Festival Generasi Maju adalah rangkaian acara di platform digital yang akan membahas topik-topik mengenai tumbuh kembang anak bersama para ahli. Kegiatan yang akan dimulai pada April 2021 ini bertujuan untuk mengedukasi orangtua untuk mendukung anak menjadi generasi maju.
Orangtua Perlu Terus Belajar
Pada kesempatan yang sama, selebritas yang juga ibu dua anak, Alyssa Soebandono, berbagi pengalaman tentang upaya pemenuhan nutrisi dan stimulasi anak. Satu hal yang ia tekankan, orangtua perlu terus mencari dan meng-update pengetahuan agar bisa mendukung tumbuh kembang anak secara maksimal.
“Selain konsultasi dengan dokter, saya sering bertanya dan berdiskusi dengan keluarga, kerabat, teman, juga mencari informasi di internet, tentunya dari sumber terpercaya seperti website generasimaju.co.id. Saya dan suami merasa sangat terbantu dengan berbagai informasi tentang tumbuh kembang anak yang ditampilkan secara lengkap, termasuk kalau sedang kehabisan ide permainan untuk stimulasi anak atau kreasi resep menu untuk anak, sering saya cari di situ,” pungkasnya. (Nik/OL-09)
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Memahami perbedaan dan hubungan keduanya sangat diperlukan agar pola hidup sehat dapat tercapai dengan tepat dan seimbang, sehingga kualitas hidup meningkat dan risiko
Dalam era kerja cepat dan tuntutan multitasking, kelelahan setelah jam kerja bukan lagi hal aneh—terutama bagi generasi milenial dan Gen Z.
Pola pencegahan penyakit dimulai dari pencernaan yang mampu menyerap nutrisi dari dalam tubuh melalui pencernaan yang baik sehingga nutrisi yang dikonsumsi dapat dicerna.
Banyak orang fokus pada perawatan luar seperti sampo atau masker rambut, padahal rahasia utama rambut yang sehat dan lebat justru berasal dari dalam tubuh.
Nutrisi berperan vital dalam membentuk jaringan tubuh, menghasilkan energi, hingga menjaga fungsi tubuh tetap optimal
Nutrisi lengkap tidak hanya bagi tumbuh kembang janin, tetapi juga untuk menjaga kebugaran dan kesiapan ibu menghadapi peran barunya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved