Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Longsor Cihanjuang, Perlu Penguatan Mitigasi

Faustinus Nua
20/1/2021 13:20
Longsor Cihanjuang, Perlu Penguatan Mitigasi
LONGSOR: Tim gabungan melakukan pencarian terhadap 23 orang diduga masih tertimbun longsor di Perumahan Pondok Daud, Desa Cihanjuang(MI- Kristiadi/Humas Basarnas Bandung)

BADAN Informasi Geospasial (BIG) telah melakukan survei dan pemetaan potensi longsor di Desa Cihanjuang, Kabupaten Sumedang. BIG menemukan sejumlah faktor yang menjadi penyebab longsor dan berpotensi terjadi longsor susulan.

"Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dominan dan mendukung terjadinya longsor di Desa Cihanjuang adalah kelerengan, curah hujan tinggi, drainase dan keairan, batuan dan tanah, tutupan lahan," ujar koordinator IGT Bidang Kebencanaan BIG Ferrari Pinem dalam keterangan tertulis, Rabu (20/1).

Dijelaskannya, pada wilayah longsor terdapat banyak permukiman yang dibangun di atas tanah urukan. Tanah urukan itu memiliki ikatan partikel yang lemah sehingga sangat besar berpotensi longsor.

Di wilayah terjadinya longsor, tanahnya juga relatif terbuka tanpa adanya vegetasi dengan kemiringan lereng lebih dari 30° yang terjal. Drainase yang tidak baik juga menjadi faktor yang mengakibatkan mudahnya kemungkinan longsor apabila terjadi curah hujan yang tinggi.

"Selain itu pada daerah longsor tersebut terbentuk lereng-lereng baru yang memiliki potensi untuk longsor kembali, sehingga harus lebih berhati-hati untuk berada di sekitar wilayah yang terdampak longsor," tambahnya.

Hasil observasi di lapangan juga menunjukkan adanya aliran air yang sudah mengikis tanah di dekat kejadian longsor. Hal itu bisa dijadikan sebagai warning akan potensi adanya longsor susulan, apalagi jika terjadi curah hujan yang tinggi.

Dengan mengacu pada kondisi fisik di area yang sudah terjadi longsor, tim melakukan observasi di seluruh area desa Cihanjuang dengan menitikberatkan pada aspek kelerengan, tekstur dan ketebalan tanah, batuan penyusun, tutupan lahan dan juga adanya aliran air atau mata air. Hasil observasi menunjukkan bahwa wilayah sekitar longsor dan juga wilayah yang letaknya lebih tinggi memiliki potensi longsor ditambah lagi banyak ditemukan rekahan tanah dan aliran air di area yang lebih tinggi.

Lebih jauh, Ferrai mengatakan, kondisi kelerengan di daerah terdampak longsor Desa Cihanjuang berada di kisaran 25-45%, yakni terjal/ curam. Gaya gravitasi berpotensi untuk membawa material yang terkelupas dan akan memberikan dampak yang cukup besar bagi kerusakan. "Selain itu dari peta rawan gerakan tanah, wilayah ini berada pada zona rawan menengah hingga tinggi yang artinya potensi longsor mudah terjadi," imbuhnya.

Kemudian, berdasarkan profil melintang yang dibuat dari rekontruksi informasi kemiringan lereng dan rawan gerakan tanah perlu diperhatikan wilayah-wilayah yang berada di bawah perbukitan. Pasalnya, area tersebut memiliki tingkat kemiringan lereng terjal dan gerakan tanah menengah hingga tinggi, sehingga bagian yang rawan akan terdampak longsor.

Mitigasi
Berdasarkan kondisi tersebut, BIG merekomendasikan penguatan aspek mitigasi sebagai prioritas yang harus diutamakan. Mitigasi, menurut Ferrari yang bisa diupayakan dari sekarang ialah mitigasi mencegah terjadinya longsor susulan yang mungkin secara teknis sudah banyak dilakukan selama ini.

Seperti memperbaiki fungsi drainase untuk menghindari air meresap kedalam lereng atau mengeluarkan air keluar dari lereng sehingga potensi longsor dapat dieliminir, disertai dengan pembuatan terasering dengan sistem drainase yang tepat. Melakukan penghijauan dengan sistem tanaman yang berakar kuat menghujam ke tanah, khususnya pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman diatas 30°.

Selain itu, juga melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan, terutama yang paling dekat dengan wilayah longsor. Menutup rekahan di atas lereng yang banyak ditemukan disekitar lokasi untuk mencegah air masuk secara cepat ke tanah. Membuat selokan yang bisa mengalirkan air hujan. Membangun tanggul penahan untuk menahan runtuhan material. "Dan tentunya sosialisasi kepada masyarakat akan adanya potensi bencana disekitarnya dan tak ketinggalan membuat rambu-rambu di lokasi yang memiliki ancaman bencana," tandasnya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya