Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

HUT MI: Mengeja dan Memaknai Huruf-Hurufnya Sendiri

Baharman Hasyim Pedoki
19/1/2021 17:09
HUT MI: Mengeja dan Memaknai Huruf-Hurufnya Sendiri
Wartawan Media Indonesia (1990-2019), Djadjat Sudradjat(Ist)

SUDAH 51 tahun berlalu, untuk sebuah organisasi tentu saja miliki makna tersendiri. Sebagai sebuah entitas dan bagian dari bangsa ini, Media Indonesia kerap tampil beda dalam berkonstribusi membangun nusantara. Beragam dinamika telah dilalui seiring dengan pasang surut negeri.

Wartawan Media Indonesia (1990-2019), Djadjat Sudradjat memaknai keberadaan surat kabar yang lahir 19 Januari 1970 dengan caranya sendiri. Sebuah sajak ia persembahkan untuk ‘rumah’ yang selama 29 tahun tempatnya bernaung.

Mengeja dan Memaknai Huruf-Hurufnya Sendiri  *)

Pernah disuratkan banyak riwayat
Semesta tak akan berdusta
Merawat tubuhnya sendiri
Yang tak berguna dimusnahkan
Yang lancung dilemparkan
Yang bermanfaat terus dijaga
Yang sejati menjadi utama
Begitulah cara kerjanya

Pernah di suatu masa
Banyak koran mati dibunuh
Oleh penafsir tunggal kebenaran
Ia memang serupa monster
Yang haus berburu mangsa yang keder
Begitulah mereka menjaga istana

Media massa pun bersiasat
Menulis menanti arah angin
Kadang mewartakan setengah fakta
Kadang menyembunyikan setengah lainnya
Kadang menyembunyikan seluruhnya
Ada yang membuat formula
"Teguh dalam perkara
Lentur dalam cara".
Jurnalisme kepiting "mahzabnya"
Ada pula yang lemah dalam perkara
Lemah dalam cara
Begitulah cara media menjaga napasnya

Tapi koran ini
Meski hendak dibunuh berkali-kali
Menolak dikangkangi!
Menolak dikebiri
Menolak warta melingkar-lingkar
Yang dibungkus mutiara berpendar
Begitulah ia bertahan diri
Padahal nyawanya kerap di ujung jari
Seperti pendahulunya yang dibunuh mati

Koran ini tak pernah mendua hati
Yang hitam tebarkan jelaganya
Yang putih terbangkan kapasnya
Menyehatkan negeri
Tak boleh dengan hipokrisi
Tapi mesti meneguhkan independensi
Itulah tekadnya

Kini demokrasi pun bertumbuh
Meski anomali menjalar di sana-sini
Koran pun bisa binasa
Bukan karena sang monster
Tapi karena gagal menafsirkan diri sendiri.

Tapi ada yang meyakini
Tak ada koran mati ditinggal publiknya
Yang ada  sebaliknya
Meski diharu-biru media dalam jaringan
Meski digempur media sosial
Yang dimanfaatkan jari-jemari bengis:
Yang dusta dan fakta berkelindan
Orang pandai kehilangan ilmu
Orang suci menutup diri
Orang kuasa kehilangan bahasa
Orang ramai kehilangan kendali
Kita pun jadi saling mencurigai
Saling menghabisi
Tapi kata Fukuyama
Setelah guncangan besar ini
Akan ada  penataan kembali

Yang butuh warta sejati
Akan membaca koran kembali
Ia pun harus bermantera adaptasi
Sebab postulat semesta teguh belaka
Yang tak berguna akan dimusnahkan
Yang lancung dibuang percuma
Pilihannya tak bisa ditawar
Ia mesti mencumbu inovasi
Tak boleh berhenti
Mengeja dan memaknai
Huruf-hurufnya sendiri.

*) Dibacakan pada perayaan HUT MI ke-51 secara virtual 19 Januari 2021. (OL-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya