Vaksin Covid-19 Bukan Solusi Tunggal Atasi Pandemi

Faustinus Nua
09/1/2021 00:00
Vaksin Covid-19 Bukan Solusi Tunggal Atasi Pandemi
Vaksin Covid-19(AFP/Mario Tama )

KETUA Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19 Hery Trianto mengatakan bahwa vaksin bukan solusi tunggal untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Vaksin hanya salah satu solusi penanganan pandemi.

"Vaksin ini bukan solusi tunggal. Kami di Satgas menyatakan bahwa vaksin bukan obat yang mematikan Covid-19. Siapapun yang mendapat vaksin bukan jadi kebal tapi menumbuhkan antibodi melawan Covid-19," ujarnya dalam webinar Vaksin Covid-19, Perubahan Perilaku dan Diseminasi Informasi, Jumat (8/1).

Baca juga: Edukasi yang Baik Menentukan Kesembuhan Pasien

Untuk itu, dia meminta masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Vaksinasi dan protokol kesehatan harus berjalan beriringan sehingga bisa terus menekan positify rate.

Dijelaskannya, pemerintah sejak awal sudah membangun komunikasi publik dengan pendekatan komunikasi risiko. Hal itu untuk menumbuhkan kesadaran publik termasuk mengenai manfaat vaksin.

"Publik ini turut berkontribusi dengan mengapalikasi apa yang dilakukan pemerintah. Vaksinasi harus kita terima secara prporsional," terangnya.

Oleh karena itu, dia berharap semua elemen masyrakat turut berkampanye terkait perubahan perilaku, pematuhan protokol dan kampanye vaksinasi.

Sementara itu, Irma Hadayana dari organisasi Lapor Covid-19 mengungkapkan bahwa hasil survei pihaknya menunjukan masih banyak masyarakat yang ragu-ragu dengan adanya vaksin. Survei yang dilakukan pada September 2020 itu mencatat 32% setuju bahwa vaksin memiliki efek samping dan 55% ragu-ragu.

"Ketika ditanya vaksin belum tentu dapat mencegah Covid-19, setuju 37%, yang rahu-ragu itu 41%," terangnya.

Ketika ditanya proses penyediaan vaksin masih panjang, yang sangat setuju 26%, setuju 40% dan agak setuju 15%. Kemudian, soal kesediaan menjadi relawan penerima vaksin 23% setuju, 27% ragu-ragu dan 32% tidak setuju. Begitu pula soal kesediaan menerima vaksin merah putih 35% setuju dan 37% ragu-ragu.

"Secara umum 69% ragu-ragu. Survei itu bulan September dan tentu saja ada bias, karena kami bekerja sama dengan bebrapa kampus. Ini terkait level of education," imbuhya.

Dia menambahkan bahwa keraguan masyarakat sangat berkaitan dengan transparansi informasi. Menurutnya, pemerintah tidak membuka semua informasi termasuk soal vaksin Sinovac yang saat ini belum final laporan uji klinisnya. (OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya