Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Berbagi Manfaat Bertani Organik

Putri Rosmalia Oktaviyani
24/12/2020 04:50
Berbagi Manfaat Bertani Organik
Galih Raditya(DOK KOMUNITAS 1000 KEBUN)

BERMULA dari cerita kakeknya, Galih Raditya tertarik dan menekuni bidang pertanian. Lulusan sarjana hukum asal Ban­dung itu bahkan kini menjalani profesi sebagai seorang petani organik. Selain mengelola perkebunan organik milik pribadi, dia juga aktif berkegiatan di Komunitas 1000 Kebun.

“Saya tertarik di dunia tanaman memang sudah sangat suka sejak kecil. Karena dulu kakek saya seorang akademisi di bidang pertanian, juga pendiri Sekolah Pertanian di Tanjung Sari, Bandung. Dari situ akhirnya sering ngobrol dan senang,” ujar Galih, kepada Media Indonesia, pekan lalu.

Galih mulai lebih serius mencoba berkebun ketika duduk di bangku kuliah. Ia memulainya dengan menanam beberapa jenis sayuran di halaman rumahnya yang hanya memiliki luas tak sampai 50 meter. Awalnya kegiatan ini dianggap aneh oleh tetangganya. “Tapi, akhirnya mereka melihat bahwa ternyata bisa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan,” ujar Galih.

Selepas kuliah pada 2010, Galih melanjutkan hobi dan ketertarikannya di dunia pertanian. Ia akhirnya mendirikan Komunitas 1000 Kebun pada 2015 untuk bisa memperluas jaringan dan membagi berbagai hal terkait kegiatan berkebun, khususnya organik.

Saat ini ia menjabat ketua komunitas yang berpusat di Kota Bandung tersebut. Berbagai kegiatan telah dilakukan komunitas ini, seperti edukasi dan workshop bertani organik, pengelolaan sampah, hingga pengolahan pangan.

Menurut Galih ada empat kegiatan utama, yakni diskusi online, kemudian Ngeruk atau Ngebon Seru Yuk yang  isinya belajar sharing mengenai berkebun dan hal-hal mengenai gaya hidup sehat. Selain itu ada wisata kebun dengan mendatangkan petani atau kegiatan berkebun sesama komunitas, serta Pasar Sehat.

Untuk diskusi online dan Ngeruk, ia kerap melibatkan komunitas atau orang lain yang juga bergerak di bidang pertanian organik. Berbagai materi diberikan, tidak hanya terkait cara bertanam, tetapi juga ilmu untuk mengembangkan bisnis pertanian organik.

“Kadang kita juga adakan workshop-nya dengan mendatangi langsung ke lahan-lahan tak terurus di beberapa wilayah Bandung. Di sana kita beri workshop cara mengelola tanah sekaligus menanam,” ujar Galih.

Selain memberi ilmu, cara itu juga diharapkan dapat membantu memulihkan lahan-lahan rusak dan tidak terpakai menjadi lebih subur dan menyerap lebih banyak air. Dengan demikian wilayah resapan menjadi lebih banyak dan terjaga.

Adapun Pasar Sehat diadakan untuk memudahkan akses produk sehat serta ramah lingkungan kepada masyarakat luas. Pasar Sehat berupaya untuk mempertemukan petani dan produsen lokal dengan masyarakat.

Di dalamnya juga diadakan berbagai kegiatan lain. Mulai dari workshop atau klinik berkebun, pengenalan teknologi ramah lingkungan, hingga pengenalan gerakan-gerakan ramah lingkungan yang dapat dilakukan masyarakat secara mandiri. Di antaranya pengelolaan sampah hingga pembuatan produk kebersihan ramah lingkungan.

Meski tak memiliki perkebunan sendiri, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan ini, anggota diharapkan dapat menghubungkan berbagai macam petani dan produsen yang senang bercocok tanam. Dengan begitu setiap anggota dapat bertukar pikiran dan pengalaman terkait masalah pangan dan upaya bertani organik.

Saat ini, kata Galih, setidaknya sudah ada lebih dari 250 anggota Komunitas 1000 Kebun. Tidak hanya berasal dari Bandung, tetapi juga berbagai daerah lain di Indonesia.

“Intinya, saya ingin agar lebih banyak orang yang tahu manfaat dari bertani organik. Selain dapat membuat kita lebih berdaulat pangan dan lebih sehat dikonsumsi, bertani organik juga dapat menjaga ekosistem di sekitar kebun menjadi lebih sehat dan terjaga.”

Perekonomian petani

Selain itu, ia juga mengedukasi dan menyosialisasikan soal keuntungan bertani organik pada para petani di berbagai wilayah Bandung. Dengan begitu mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tani konvensional yang kerap dihargai murah oleh pengepul.

“Memang tidak mudah karena mereka terbiasa ingin cepat dan mudah, sedangkan bertani organik mesti lebih sabar dan berproses. Tapi, itu sangat sepadan kalau melihat hasilnya pada pendapatan petani dan juga pada ekosistem di sekitar perkebunan yang lebih terjaga,” ujar Galih.

Ia mengatakan memulai bertani tidak harus degan memiliki lahan luas. Menanam dapat dilakukan bahkan di lahan yang sangat terbatas sekalipun, semisal di teras rumah. “Kalau perlu sekarang juga bisa menanam secara vertikal. Jadi intinya mulai saja dulu.”

Menurut Galih bertani organik juga dapat membuat seseorang lebih bertanggung jawab atas sampah sisa rumah tangga, khususnya sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos sehingga baik bagi lingkungan. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
  • Sumbangsih para Punggawa Bumi

    19/3/2022 07:10

    Dengan cara masing-masing, mereka berupaya memberi andil untuk memulihkan bumi yang tengah sakit ini.

  • Ingin Sejahterakan Perajin

    10/3/2022 07:10

    Yang ingin dituju Mendekor pun tidak muluk-muluk. Mereka ingin para perajin punya penaikan pendapatan dan bisa merekrut para pekerja lebih banyak.

  • Bertransformasi dari Furnitur ke Produk Dekorasi

    10/3/2022 07:05

    Sempat salah strategi bisnis, UMKM ini menemukan momentum pertumbuhan dari produk-produk dekorasi.

  • Platform untuk Membantu Sesama

    17/6/2021 06:10

    Lahir sejak Maret 2020 saat pandemi mulai menghantam Indonesia, Dibalik Pandemik hingga kini telah menyalurkan total sekitar Rp100 juta kepada 70-an penerima bantuan.

  • Cinta Kayla untuk yang Kehilangan Kerja

    17/6/2021 06:05

    Gerakan yang diinisiasi perempuan muda ini bertujuan membantu para pekerja di sektor perhotelan dan wisata

  • Kisah VW Kombi Parkir karena Pandemi

    04/6/2021 06:35

    Namun, kisah di balik VW dan kesibukan Rahmad yang mesti berjibaku saat menggunakan gelas ukur dan mesin pres kopi dengan hanya sebelah tangan yang bisa digunakan juga tak kalah istimewa.