Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SURVEI Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut fakta bahwa potensi radikalisme pada 2020 menurun, terjadi feminisasi radikalisme, urbanisasi radikalisme, radikalisasi generasi muda dan netizen, serta literasi digital belum mampu menjadi daya tangkal efektif melawan radikalisasi.
Pernyataan dari BNPT, yang diterima di Jakarta, Kamis (17/12), menyebutkan survei ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Alvara Strategi Indonesia, The Nusa Institute, Nasaruddin Umar Office, dan Litbang Kementerian Agama didapat fakta bahwa indeks Indeks potensi radikalisme menurun dibanding tahun sebelumnya.
Indeks potensi radikalisme pada 2020 mencapai 14,0 (pada skala 0-100) atau turun 12,2% dibanding pada 2019 yang mencapai 38,4 (pada skala 0-100), sebut survei yang dirilis BNPT di sela-sela pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinaasi Pencegahan Terorisme di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/12) malam.
“Tentunya ini merupakan kabar gembira, artinya kerja-kerja kontra radikalisme telah membuahkan hasil. Menurunnya potensi radikalisme, jangan sampai membuat seluruh elemen yang terlibat dalam kerja-kerja kontra radikalisme menjadi berpuas diri dan terlena. Justru harus terus lebih keras lagi melakukan diseminasi untuk melawan propaganda kelompok radikal intoleran dan radikal terorisme,” kata Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.
Ia menambahkan masalah proses radikalisasi di Indonesia secara global memang cenderung menurutn. Sesuai indeks terorisme global, Indonesia menempat urutan ke-37.
"Di ASEAN, posisi itu lebih rendah dibandingkan Filipina dan Thailand, namun kewaspadaan harus terus dilakukan," kata dia.
Ia melihat penetrasi dari jaringan teroris internasional dalam proses radikalisasi itu dengan keberadaan dunia maya atau digital tidak bisa dihindarkan karena kelompok teroris itu melihat pangsa pasarnya seperti generasi milenial, generasi Z, penggunanya sangat tinggi di dunia maya.
“Mereka tahu karena yang disasar ini anak muda, jadi bukan lagi yang tua-tua. Bagi mereka yang tua itu masa lalu, tapi masa depan mereka adalah generasi muda,” katanya.
Selain menurunya potensi radikalisme secara umum, survei juga menemukan terjadinya feminisasi radikalisme dimana indeks potensi radikalisme pada perempuan sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki.
Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 12,3% sedangkan indeks potensi radikalisme pada laki-laki pencapai 12,1%.
Selain itu juga terjadi urbanisasi radikalisme. Urbanisasi radikalisme merujuk pada lebih tingginya indeks potensi potensi radikalisme di kalangan perkotaan dibanding di pedesaan.
Temuan penelitian 2020 menunjukkan indeks potensi radikalisme di masyarakat urban mencapai 12,3% dan di masyarakat rural mencapai 12,1%.
Selain itu juga terjadi radikalisasi generasi muda dan netizen yang menunjukkan bahwa indeks potensi radikalisme pada generasi Z mencapai 12,7 persen; kemudian pada milenial mencapai 12,4% dan pada gen X mencapai 11,7%.
Hal ini tidak lepas dengan fenomena netizen yang aktif mencari konten keagamaan di internet memiliki indeks potensi radikalisme yang lebih tinggi (12,6%) dibanding dengan netizen yang tidak aktif mencari konten keagaman di internet (10,8%).
Juga warga jejaring yang suka menyebar konten keagamaan ternyata lebih tinggi (13,3%) dibanding warga jejaring yang tidak menyebar konten keagamaan (11,2%).
Kepala BNPT menilai keberadaan jaringan teroris global seperti Al Qaeda dan ISIS sangat mempengaruhi cara berpikir warga jejaring, terutama generasi muda.
Kelompok teroris ini berharap dengan penetrasi melalui dunia digital akan semakin banyak pendukung mereka yang mengusung ideologi terorisme yang karakternya mengedepankan kekerasan, intoleran, menghalalkan segala cara.
“Itu tantangan buat kita bahwa hilangnya pemahaman mereka terhadap ke-Indonesiaan, membuat mereka harus larut dalam kondisi seperti ini. Kelompok jaringan teror terus perang opini di dunia maya untuk meyakinkan seluruh isi dunia ini bahwa mereka layak untuk diikuti," kata dia.
"Karena itu kita harus terus berupaya jangan sampai semakin banyak korban dari generasi milenial, generasi Z, kemudian menyasar kaum orang tua agar tidak jadi bagian pergerakan itu,” katanya. (Ant/OL-09)
Kehadiran paket layanan data dengan masa berlaku tertentu juga telah sesuai dengan ketentuan regulasi yang berlaku dari pemerintah.
DFINITY Foundation dan ICP HUBS Network akan menggelar World Computer Hacker League 2025 (WCHL25). Acara itu berlangsung selama empat bulan dari Juli hinggga Oktober 2025.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
Aplikasi pesan singkat WhatsApp para akademisi yang menolak Revisi Undang-Undang KPK pada 2019 sempat diretas dan mendapat telepon dari nomor asing.
Dengan demikian, serangan terhadap OMS makin meluas ke daerah, tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja.
PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) menghadirkan layanan internet berbasis satelit di Puskesmas Mayau, Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Maluku Utara.
LEMBAGA Survei Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru evaluasi publik atas kinerja Gubernur- Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) 2025
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Lembaga riset Ethical Politics mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 77,73%.
Pramono mengatakan enggan untuk membuat konten khusus terkait pekerjaannya. Sebab, ia tidak terlalu suka untuk tampil di media sosial.
40 persen responden mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan AS akan terlibat dalam perang besar dengan Iran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved