Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Jawa, Arena Kontestasi Paham Keagamaan

Ferdian Ananda Majni
17/11/2020 02:40
Jawa, Arena Kontestasi Paham Keagamaan
Koordinator riset PPIM UIN, Iim Halimatusa’diyah(Dok. Pribadi)

PULAU Jawa ternyata menjadi arena kontestasi paham keagamaan, khususnya di Jakarta. Paham moderat mendominasi wacana di ruang maya sebesar 67,11%, disusul konservatif (60,11%), islamis (53,19%) dan liberal (44,64%).

Ini terkuak dari temuan terbaru mengenai tren beragama di media sosial sesuai hasil riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta melalui program Media and Religious Trend in Indonesia (MERIT).

“Ada dominasi narasi paham keagamaan konservatif di media sosial. Terlebih lagi jika pandangan konservatif diasumsikan kompatibel dan selaras dengan islamis karena perbedaan keduanya hanya terletak di visi pembentukan negara Islam, gabungan keduanya mendominasi kontestasi paham keagamaan,” kata koordinator riset, Iim Halimatusa’diyah kemarin dalam peluncuran hasil penelitian bertajuk Beragama di Dunia Maya: Media Sosial dan Pandangan Keagamaan di Indonesia.

Kasus Ahok dan Pilkada Jakarta menjadi contoh faktor besar dalam kontestasi pemahaman agama di media sosial. Adapun narasi paham liberal banyak muncul di Jawa Timur dengan proporsi mencapai 22.62%. Kontribusi kelompok muda dan progresif di tubuh NU di Jawa Timur cukup berperan bagi tingginya proporsi liberalisme.

Sejak 2009-2019, penggunaan hashtag bersifat konservatif juga menjadi yang paling populer. Temuan lain adalah terkait politisasi narasi keagamaan yang berdampak bagi peningkatan paham konservatisme di media sosial. Hal ini terlihat dari tingginya keterkaitan isu agama dengan politik. Iim menyebut penelitian ini mengambil data dari Twitter dan Youtube dalam rentang waktu 2009-2019.

Data dianalisis untuk melihat tren dan pola persebaran di media sosial secara kuantitatif. “Selain itu, dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa tokoh kunci untuk mendapatkan data kualitatif,” sebutnya.

Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menilai hasil riset itu tidak mengejutkan dan mengonfirmasi beberapa riset serupa sebelumnya.

“Ini bisa menjadi input bagi kelompok moderat untuk lebih aktif menggunakan media sosial sebagai sarana sosialisasi gagasan dan gerakan,” tambahnya.

Dia mengatakan dominasi keberagamaan konservatif disebabkan tiga hal. Pertama, kelompok konservatif tidak memiliki institusi formal yang menjadi sarana sosialisasi gagasan sehingga media sosial menjadi pilihan. Kedua, karena iklim kebebasan berpendapat. Ketiga, banyaknya isu yang memungkinkan berbagai kelompok menyampaikan opini. (Fer/Van/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik