Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Gempa Pangandaran M=5,9 bukan karena Deformasi di Bawah Laut

Zubaedah Hanum
26/10/2020 12:20
Gempa Pangandaran M=5,9  bukan karena Deformasi di Bawah Laut
Peta gempa(BMKG)

BADAN Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) merilis kondisi geologi terkini yang terdampak gempa bumi di perairan selatan Jawa pada pukul 07.56 WIB Minggu, 25 Oktober 2020.

Diketahui, pusat gempa bumi terletak pada koordinat 107,87° BT dan 8,32° LS (90 km barat daya Pangandaran, Jawa Barat) dengan magnitudo M5,9 pada kedalaman 10 km.

"Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut, namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut," tulis Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dikutip dari akun Instagramnya, Senin (26/10).

Dari lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi ini berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa Barat

Berdasarkan tatanan tektonik, sebut Badan Geologi, perairan selatan Jawa dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan Pulau Jawa.

Wilayah di sekitar pusat gempa bumi disusun oleh batuan sedimen dan batuan gunungapi berumur Tersier serta batuan gunungapi berumur Kuarter. Batuan Tersier yang terlapukan serta batuan berumur muda dan bersifat urai bersifat mengamplifikasi guncangan gempa bumi.

Masyarakat, kata Badan Geologi,  diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

"Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil," cuit Badan Geologi.

Analisis pascagempa ini dilakukan untuk mengetahui dampaknya. Saat tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, 2018 lalu, deformasi vertikal dan horizontal hingga beberapa meter di dasar laut diketahui menjadi penyebab tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik