Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Wapres : Riset Indonesia Masih Kalah dari Vietnam

Indriyani Astuti
15/10/2020 15:00
Wapres : Riset Indonesia Masih Kalah dari Vietnam
Wapres Ma'ruf Amin memberi sambutan dalam perayaan Dies Natalis ke-63 Universitas Diponegoroyang secara daring, Kamis (15/10).(DOK SETWAPRES RI)

WAKIL Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan alokasi anggaran riset Indoneska masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan. Padahal, salah satu indikator penting dalam kemajuan riset ialah alokasi anggaran.

Mengutip data 2018, Jepang dan Korea Selatan masing-masing mengalokasikan dana riset dan pengembangan sebesar 4,3% dan 3,5% dari produk domestik bruto (PDB) mereka. Sementara itu, negara Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia, juga memiliki alokasi anggaran yang cukup besar yaitu masing-masing sebesar 2,6% dan 1,3% dari PDB mereka.

"Indonesia sendiri meskipun telah mencatat kenaikan lebih dari 150% dari 2013, anggaran riset kita masih di bawah 0,3% dari PDB," papar Wapres di depan civitas akademika ketika memberi sambutan dalam perayaan Dies Natalis ke-63 Universitas Diponegoro (Undip) yang disiarkan secara daring, Kamis (15/10).

Pemerintah, ucap Wapres, masih berusaha untuk terus meningkatkan alokasi anggaran riset dan pengembangan tersebut. Tetapi, ia menekankan bahwa indikator lain dalam pengembangan riset dan inovasi antara lain adalah sumber daya pelaku riset. 

Ma'ruf membandingkan antara Indonesia dan Vietnam, dua negara ASEAN yang sama-sama saat ini menjadi tujuan utama investasi asing. Wapres menyampaikan jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang per 1 juta penduduk, sedangkan Vietnam yang mencapai 673 per 1 juta penduduk.

Oleh karena itu, Wapres meminta pada perguruan tinggi termasuk Universitas Diponegoro, mencetak banyak peneliti yang mampu melakukan riset yang bermanfaat dan memiliki nilai komersial tinggi.

Tidak bisa dimungkiri, ujarnya, bahwa hubungan antara tingkat pendapatan sebuah negara yang diukur oleh PDB per kapita, berkorelasipositif dengan kinerja inovasi. Dalam laporan Global Innovation Index (GII) 2020 negara-negara dengan skor inovasi yang tinggi juga cenderung memiliki PDB per kapita lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan sebuah negara.

Wapres lantas memberikan contoh perusahaan teknologi Apple yang berkantor di California, Amerika Serikat. Sumber daya terbesar yang dimiliki oleh Apple bukan sekadar produk teknologinya, melainkan dengan terus berinovasi. Karena itu, terang Wapres, tidak mengherankan Boston Consulting Group (BCG), perusahaan konsultan terkemuka dunia, memberikan Apple sebagai predikat sebagai perusahaan paling inovatif di dunia mengalahkan Google, Microsoft, dan Samsung.

Dengan secara konsisten menjadikan inovasi sebagai sumber daya utamanya, Wapres menjabarkan bahwa Apple berhasil mencapai nilai valuasi sebesar US$2 triliun pada Agustus 2020. Pada 2018 Apple menjadi perusahaan pertama di dunia yang mencatat valuasi US$1 triliun.

"Artinya hanya butuh dua tahun bagi Apple untuk melipatgandakan valuasinya," imbuh Wapres.

Valuasi tersebut lebih besar dari PDB beberapa negara di dunia seperti Kanada, Brazil, Korea Selatan, Australia, Meksiko, Turki, Norwegia, Swiss, Indonesia dan negara lainnya. Dengan kata lain, nilai ekonomi Apple lebih besar dari negara-negara tersebut.

Terakhir, Wapres berharap perguruan tinggi di Indonesia dapat menggunakan contoh di atas sebagai motivasi untuk menghasilkan inovasi yang bermanfaat dan bernilai tinggi. "Inovasi jauh lebih bernilai dibandingkan dengan sumber daya alam. Sumber daya alam dapat habis, tetapi inovasi tidak terbatas," pungkasnya. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya