Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Indonesia Alami Anomali Iklim, Bencana Hidrometeorologi Mengancam

Suryani Wandari Putri Pertiwi
22/9/2020 15:25
Indonesia Alami Anomali Iklim, Bencana Hidrometeorologi Mengancam
Banjir bandang di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9).(Antara)

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyatakan, anomali perubahan iklim membuat tingginya potensi bencana hidrometeorologi di Indonesia. Hal itu diungkapkannya dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR, Selasa (22/9).

"Bencana hidrometeorologi masih mendominasi antara lain, banjir menempati urutan utama diikuti puting beliung dan tanah longsor," kata Doni.

Dari 2.069 kejadian bencana sejak 1 Januari-21 September 2020, tercatat ada 4.279.672 juta jiwa penduduk yang terdampak dan bahkan mengungsi. Sebanyak 283 jiwa meninggal dunia serta 427 jiwa luka-luka akibat bencana hidrometeorologi selama 8,5 bulan pertama pada 2020.

Doni menyebutkan Indonesia sedang menghadapi anomali atau keganjilan dari kondisi normal karena adanya perubahan iklim. Tahun lalu di bulan yang sama, Indonesia menghadapi kebakaran hutan dan lahan yang luar biasa, bahkan sempat asapnya melintasi selat Malaka dan menyentuh Singapura dan Malaysia. Tetapi yang terjadi kali ini pada September 2020, di Kalimantan terutama Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat malah hujan.

"Padahal tahun lalu sepanjang rute yang kami lalui dari mulai Banjarmasin, ke Palangkarara lalu ke Pangkalanbun dan menuju Pontianak, sepanjang rute penerbangan nyaris terkepung kabut asap," ungkap Doni.

Menurutnya, pada hari ini pun hanya ada wilayah kalimantan Selatan saja Yang terbakar, diliuar itu semuanya bayak yang mengalami banjir.

Anomali ini pun juga menurutnya terjadi di Jakarta. Tahun lalu, kenang Doni, pada September 2019 BNPB mencatat kulalitas udara yang kurang bagus karena polusi udara. Kondisi itu jauh berbeda dibandingkan dengan saat ini. Selain, karena faktor pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pandemi covid-19, mobilitas kendaraan berkurang jauh, tetapi curah hujan berubah.

"Kita saksikan kemarin mulai siang, sore bahkan sampai malam hujan, bahkan di beberapa tempat terjadi kebajiran, ini seaniasa yang menjadi fokus kami," katanya.

Saat ini kata Doni, pihakya terus bekerja sama dengan Kementerian dan lembaga, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengingatkan kepada seluruh wilayah yang memmiliki potensi ancaman bencana hidrometeorologi untuk menyiapkan diri.

"Sehingga bisa mengurangi resiko dan bisa menghindari kerugian harta benda termasuk kerugian jiwa," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya