Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Dorong Kolaborasi Riset Keanekaragaman Hayati di Pesisir dan Laut

Atikah IshmahWinahyu
17/9/2020 22:26
Dorong Kolaborasi Riset Keanekaragaman Hayati di Pesisir dan Laut
Penanaman terumbu karang di Situbondo, Jawa Timur(Antara/Seno)

SEBAGAI salah satu negara maritim terbesar di dunia yang sebagian besar wilayahnya terletak di kawasan segitiga terumbu karang (Coral Triangle Area), Indonesia memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang begitu kaya.

Peningkatan tekanan lingkungan, kerusakan alam akibat ulah manusia, serta pemanfaatan sumber daya laut yang berlebih menjadi ancaman besar bagi kelestarian keanekaragaman hayati pesisir dan laut di Tanah Air.

Oleh sebab itu, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pengetahuan serta pemahaman nilai dan potensi sumber daya laut dan pesisir penting sebagai dasar pelaksanaan tata kelola.

“Penelitian akan keanekaragaman hayati di pesisir dan laut perlu ditingkatkan untuk kepentingan keilmuan, serta demi melindungi hilangnya ekosistem pesisir dan keanekaragaman hayati di laut,” kata Bambang dalam Webinar International Symposium on Coastal and Marine Biodiversity (ISCOMBIO) 2020, Kamis (17/9).

Sebagai negara kepulauan, perairan laut Indonesia meliputi 20 persen total ekosistem terumbu karang dunia, 5 persen ekosistem padang lamun, dan 20 persen ekosistem hutan bakau serta dikelilingi oleh berbagai ekosistem laut tropis termasuk laguna, teluk, selat, laut terbuka, dan laut dalam.

Baca juga : Hari Konservasi Alam Nasional: Jaga Alam, Jaga Peradaban

Ekosistem laut dan pesisir Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dan merupakan habitat bagi 75 persen spesies terumbu karang dan 37 persen spesies ikan dunia.

Namun Bambang menuturkan, masih banyak hal terkait keanekargaman hayati pesisir dan laut di Indonesia yang belum tergali dan terpetakan akibat perkembangan sains dan teknologi di bidang kelautan dan kemaritiman masih rendah jika dibandingkan dengan di wilayah daratan.

“Kolaborasi penelitian bersama luar dan dalam negeri di kawasan ini adalah salah satu solusinya dan sangat penting karena semakin sedikitnya ahli taksonomi kelautan atau ahli biologi yang tertarik melakukan kajian tentang keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Kolaborasi dan kerja sama masih dibutuhkan, Indonesia sangat terbuka akan kerja sama penelitian internasional,” ujarnya.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengungkapkan, riset memiliki peran penting sebagai landasan dalam identifikasi, pengelolaan serta pemanfaatan keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan sumber daya pesisir dan laut. Menurutnya, eksplorasi ilmiah dibutuhkan untuk memahami secara utuh struktur kompleks proses bioekologi di berbagai ekosistem laut Indonesia.

“Masih banyak eksplorasi ilmiah yang diperlukan dalam pengembangan model yang ideal dan representatif. Hal itu untuk pengelolaan sumber daya laut yang berbasis sains dan teknologi, baik untuk saat ini dan di masa depan,” ujar Handoko. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya