Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Waspadai Covid-19 tanpa Gejala

Atalya Puspa
19/8/2020 03:35
Waspadai Covid-19 tanpa Gejala
Grafis Fenomena Orang tanpa Gejala Covid-19.(Dok. Kemenkes/IDI/CDC/Healthline/Science alert/Tim Riset MI/NRC/ Grafis: Seno.)

HENDRO, 25, terkejut saat mendapati hasil test usap (swab test) menyatakan bahwa dirinya positif terinfeksi covid-19 pada Juli lalu. Pegawai di sebuah perusahaan di Jakarta itu melakukan tes usap setelah salah seorang rekannya positif terinfeksi covid-19.

Swab pertama, Kamis, 30 Juli 2020, dan 2 Agustus dikabari kalau gue positif. Gue enggak percaya krena gue enggak ngerasa apa-apa. Pusing, panas, batuk, enggak ada sama sekali. Gue enggak percaya dan mikir kayaknya ini salah, deh,” kata Hendro kepada Media Indonesia, Selasa (18/8).

Menurutnya, ia selalu menerapkan protokol kesehatan dengan baik selama bekerja. Untuk membuktikan keraguannya, akhirnya ia memutuskan untuk melakukan tes usap lagi pada 3 Agustus 2020 dan hasilnya negatif covid-19. “Itu jedanya cuma tiga hari dari swab awal,” kata Hendro.

Selain Hendro, sejumlah rekannya juga melakukan tes usap yang kedua dan semua hasilnya sama, negatif juga. Mereka semua masuk kategori orang tanpa gejala (OTG).

Selama tiga hari berstatuskan OTG, Hendro mengaku rutin mengonsumsi vitamin dan jamu empon-empon tanpa obat konvensional, serta melakukan isolasi mandiri.

Jika Hendro menyandang status OTG selama 3 hari saja, Ranti, 50, butuh 23 hari untuk mendapatkan hasil negatif pada swab test-nya. Selama itu pula ia harus mengisolasi dirinya di dalam kamar, terpisah dari keluarganya.

Saat didiagnosis positif covid-19, Ranti mengaku he ran karena tidak mengalami demam, hanya kehilangan kemampuan membaui. Karena itu, ia disebut OTG. Namun, semasa isolasi, Ranti sempat mengalami ruam kulit di lengan dan kakinya.

Dokter spesialis paru Erlang Samoedro menjelaskan terdapat bebe rapa penyebab mengapa covid-19 dapat muncul tanpa gejala. Pertama, imunitas tubuh yang kuat, kemudian jumlah virus yang masuk sedikit.

Faktor kedua, imbuhnya, bisa saja imunitasnya sama, tapi jumlah virus yang masuk lebih banyak sehingga akan menghasilkan gejala yang lebih parah. Faktor lainnya bisa disebabkan reseptor virus yang berbeda-beda pada setiap orang, jenis virusnya dan strain-nya.

“Namun, penelitian terkait covid- 19 masih terus berlangsung sehingga bisa saja terdapat faktor-faktor lain yang tidak diketahui,” tegasnya saat dihubungi Media Indonesia.

Erlang memastikan gejala pasien OTG dapat lebih cepat hilang ketimbang orang dengan gejala yang parah. Hal tersebut disebabkan sedikitnya virus yang masuk dan sistem imun pasien yang lebih kuat.


Mutasi virus

Virus korona diketahui paling sering bermutasi. Pada 16 Agustus 2020, Malaysia mengumumkan adanya mutasi virus SARS-CoV-2 bernama D614G yang 10 kali lebih menular jika disebarkan oleh super spreader (penyebar super). Virus itu dibawa seorang pria yang baru dari India yang menginfeksi lebih dari 45 orang.

Super spreader ialah orang yang terinfeksi virus korona, tetapi tidak memiliki gejala (carrier). Jika umumnya carrier menularkan pada 2 hingga 3 orang, super spreader bisa menularkan 11 hingga puluhan orang.

Menurut ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, mutasi D614G tidak perlu dikhawatirkan karena tidak memengaruhi protein spike virus yang mengikat reseptor ACE2 pada manusia.

Meski belum ada indikasi virus D614G lebih berbahaya atau mematikan, kewaspadaan tetap harus dilakukan. (Aiw/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya