Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau pada Agustus mendatang.
Terkait antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, menyoroti musim kemarau yang diprediksi mundur. Sehingga, kewaspadaan dan antisipasi karhutla tetap ditingkatkan
"Walau Juni telah lewat bahkan berada di pertengahan Juli. Tapi deg-degan masih kenceng kita, karena ada awal musim kemarau beberapa daerah yang mundur," kata Siti saat dikonfirmasi, Senin (20/7).
Baca juga: Kemarau Sudah Dekat, Musim Tanam Dipercepat
Lebih lanjut, dia mengatakan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-September. Pihaknya terus mengoptimalkan kewaspadaan di sejumlah titik rawan karhutla.
"Juli ada sebagian, rata-rata merah terang (Musim kemarau) itu di Agustus-September. Berarti kita kerja berat sampai Oktober dan November," imbuh Siti.
Pada awal Juli lalu, Siti sudah meminta gubernur di sejumlah daerah yang rawan karhutla untuk terus memantau dan melaporkan kondisi terkini. Menurutnya, identifikasi cuaca di setiap daerah sangat penting diikutin.
Kementerian bekerja sama dengan BMKG, BPPT, BNPB dan perguruan tinggi untuk melakukan teknik modifikasi cuaca. Tujuannya, membasahi tanah gambut dan mengatasi kabut asap.
Baca juga: Setiap Tahun, Aktivitas Gempa Bumi Meningkat 11 Ribu Kali
"Kita mengalami tahun lalu di Riau bahwa asapnya itu terus-terusan mengganggu penduduk. Karena ke atas, tidak bisa keluar. Jadi asapnya berputar-putar di sekitar Pekanbaru dan Dumai," pungkas Siti.
Dari arahan Panglima TNI, lanjut dia, kondisi ini harus ditembus agar asap naik dan udara bersih. Secara klimatologi, awan dengan uap air bisa dibaca, dipelajari dan diinduksi untuk jatuh menjadi hujan.
Adapun modifikasi cuaca sudah dilakukan di wilayah Sumatra, yakni Riau, Jambi dan Sumatra Selatan. Ternyata dengan teknik modifikasi cuaca, curah hujan di Riau lebih tinggi 22-36%, kemudian di Sumatra Selatan sampai 29% dan Jambi mencapai 26%.(OL-11)
KLHK melalui Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) menyegel empat perusahaan yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
‘’Kolaborasi, termasuk dengan kerja sama dengan pihak swasta menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, bernilai ekonomis dan ramah lingkungan,”
KEPALA Subdit Ditjen KLHK Yuli Prasetyo Nugroho menuturkan terdapat beberapa kearifan lokal dari masyarakat adat yang dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah sisa makanan (food waste).
Kayu itu dikumpulkan untuk kemudian direbus. Sebanyak 10 kg kayu mangrove, direbus dengan 10 liter air untuk menghasilkan 7 liter cairan tinta.
Program pembagian bibit pohon gratis yang digagas KLHK menjadi langkah penting dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia.
Dalam mengelola sampah kemasan, GCPI bekerja sama dengan Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO),
KEMARAU panjang semakin berlanjut menyelimuti kawasan Provinsi Aceh.
Masyarakat NTT diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang yang bersifat kering. Angin kencang ini berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
"Jadi saat wilayah yang mudah terbakar meluas, kami mohon bantuan, dukungan yang berada di Provinsi Riau benar-benar menjaga jangan sampai lahan itu terbakar,"
MUSIM kemarau menyebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Krisis air bersih terjadi di Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, yang terdampak
TIGA daerah di Jawa Timur dalam status siaga darurat kekeringan akibat kemarau yang mulai melanda.
Di beberapa titik seperti Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, kondisi kering telah berlangsung lebih dari lima bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved