Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SUSU sapi merupakan salah satu sumber gizi. Namun bagi sejumlah anak tertentu, konsumsi susu sapi justru bisa menjadi sumber masalah, sebab bisa membuat gejala alergi. Meski begitu, dengan penanganan yang tepat, masalah itu sebenarnya bisa diatasi.
“Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi yang paling banyak dialami anak. Alergi susu sapi pada anak diakibatkan oleh respons sistem imun yang tidak normal terhadap protein susu sapi (whey dan kasein),” ujar Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof dr Budi Setiabudiawan SpA(K), pada webinar Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju: Tanggap Alergi di masa Pandemi untuk Generasi Maju yang digelar Sarihusada.
Baca juga: Konsumsi Susu Kental Manis Picu 14,5% Gizi Buruk Anak
Prof Budi menjelaskan, gejala anak alergi susu sapi cukup beragam. Bisa berbeda-beda antara satu anak dengan lainnya. Ada yang timbul di saluran cerna berupa diare (35%) dan kolik pada bayi (27%). Lalu, ada yang timbul di kulit berupa urtikaria/biduran (18%) dan dermatitis atopik/ruam merah (35%). Ada yang menyerang saluran napas berupa asma (21%) dan rinitis (20%). Lalu, ada gejala lain yang sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kefatalan, yakni anafilaksis (11%).
Jika orangtua menemukan gejala-gejala itu pada anak, lanjut Prof Budi, segeralah berkonsultasi ke dokter. Jika memang terbukti gejala itu muncul karena anak alergi susu sapi, penanganan yang tepat perlu segera dilakukan. Dokter akan memberikan obat untuk mengatasi gejala yang timbul. Namun langkah utama yang perlu dilakukan kemudian ialah menghindarkan anak dari konsumsi susu sapi dan produk-produk yang mengandung susu sapi.
“Termasuk untuk bayi yang masih minum ASI, kalau dia alergi susu sapi, ibunya jangan minum susu sapi dan produk-produk yang mengandung susu sapi agar ASI-nya tidak mengandung alergen dari susu sapi,” kata Prof Budi.
Ketika anak tak boleh minum susu sapi, orangtua mungkin bingung karena bagaimanapun, susu merupakan salah satu sumber gizi yang umum diberikan pada anak-anak. “Susu memang salah satu sumber protein yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Di sini, peran orang tua, khususnya bunda, sangat penting untuk menangani kondisi anak yang alergi sapi, termasuk pemberian nutrisi alternatif yang tepat,” lanjut Prof Budi.
Menurut dia, ada tiga jenis susu formula yang bisa digunakan sebagai pengganti susu sapi. Yakni, formula terhidrolisa ekstensif, formula asam amino, dan formula kedelai. Ketiganya aman untuk anak alergi susu sapi dan mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untu tumbuh kembang anak.
“Namun, formula terhidrolisis ekstensif dan formula asam amino relatif lebih mahal. Nah, formula kedelai lebih terjangkau. Sayangnya ada orangtua yang ragu, terutama yang anaknya laki-laki, mereka takut formula kedelai mengganggu sistem hormonal sehingga anak laki-laki mereka cenderung bersifat seperti perempuan. Ini sama sekali tidak benar karena teknologi pembuatan formula kedelai saat ini sudah canggih. Bahan yang dipakai adalah isolat kedelai sehingga tidak akan menimbulkan efek yang dikawatirkan itu,” papar Prof Budi.
Menurut Prof Budi alergi susu bisa sembuh. Berdasarkan data penelitian, angka remisi (tingkat kesembuhan) anak alergi susu api ialah 45%-55% di tahun pertama, 60%-75% di tahun kedua, 90% di tahun ketiga, dan 97% di tahun kelima. “Artinya, anak-anak yang alergi susu sapi, 97 persennya sembuh setelah berusia 5 tahun,” terangnya.
Pada kesempatan sama, selebritas Natasha Rizky yang memiliki anak alergi susu sapi membagikan pengalamannya. Menurut dia, para orangtua yang memiliki anak dengan kondisi alergi susu sapi, tidak perlu khawatir dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. “Setelah memberikan anak saya alternatif nutrisi yang tepat, sekarang gejala yang muncul akibat alerginya sudah tidak muncul lagi sehingga dia bisa lebih aktif bermain dan belajar, serta tumbuh kembangnya tetap optimal,” ucapnya.
Sementara itu, Senior Brand Manager SGM Eksplor Advance+ Soya, Anggi Morika Septie, menjelaskan, seiring dengan World Allergy Week 2020 atau Pekan Alergi Dunia, Sarihusada mengajak para orangtua untuk menjaga kesehatan si kecil yang alergi susu sapi melalui gerakan 3K, yaitu kenali, konsultasikan, dan kendalikan. Langkah itu dilakukan melalui program edukasi Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju.
“Kegiatan Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju ini melengkapi inovasi kami dalam mendukung kesehatan dan tumbuh kembang anak Indonesia. Selain itu, kami juga menyediakan website www.generasimaju.co.id/AlergiAnak yang berisi konten edukasi seperti artikel seputar alergi susu sapi dan fitur cek alergi online. Harapan kami, dengan edukasi yang tepat untuk para orangtua serta terpenuhinya kebutuhan gizi seimbang, si kecil yang alergi susu sapi bisa tetap sehat, tumbuh kembangnya tetap optimal,” pungkas Anggi. (RO/A-1)
Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Budi Setiabudiawan mengungkapkan bahwa prevalensi anak Indonesia yang mengalami alergi susu sapi (ASS) mencapai 0,5 hingga 7,5 persen.
Risiko alergi pada anak yang masih sering terjadi ternyata belum diikuti dengan pemahaman serta penanganan alergi yang tepat dari orangtua.
Alergi susu sapi dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang dimiliki anak bereaksi berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi.
Konsumsi susu sapi memang sudah menjadi bagian dari menu harian banyak orang. Tapi tidak dipungkiri ada banyak orang yang tidak bisa mengkonsumsi nya diakibatkan berbagai hal.
Alergi susu sapi terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak.
Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh tidak mampu mencerna laktosa, yaitu gula alami yang terdapat dalam susu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved