Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KALANGAN akademisi mendorong pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara nasional. Langkah itu dinilai penting agar pandemi covid-19 segera berakhir.
"PSBB harus nasional. Gak ada PSBB lokalan. Virus itu gak mengenal batasan geografis," kata Tim Peneliti FKM UI-Bappenas untuk Pemodelan Skenario Covid-19 di Indonesia, Pandu Riono, Rabu (22/4).
Pandu berpendapat kebijakan PSBB yang diterapkan secara lokal tidak akan berjalan efektif. Sebab, covid-19 merupakan bencana nasional yang harus ditangani bersama dalam waktu yang bersamaan pula.
Baca juga: Presiden Jokowi Resmi Larang Mudik
"Perlu ketegasan kalau kita mau menghilangkan pandemi. Tagetnya kapan? Kalau hanya selesai di Jabodetabek, tapi di Bandung enggak, ya sulit selesai pandemi ini. Mau nanti kita belum selesai, tapi negara-negara lain sudah beres?" pungkas Pandu.
Ketua Ikatan Alumni FKM UI, Usman Sumantri, mengatakan regulasi yang diterapkan untuk PSBB saat ini terlalu berbelit. Dirinya meminta pemerintah pusat untuk membuat petunjuk pelaksanaan PSBB secara nasional. Selanjutnya, PSBB dapat diterapkan semua daerah, tanpa harus menunggu persetujuan dari Menteri Kesehatan.
"Itu lah fungsi pusat. Kalau ada daerah yang tidak mau menjalankan pasti ada masalah. Masalah fiskal, masalah sosial lainnya. Fungsi pusat jangan repotkan soal izin. Tapi bagaimana memastikan agar daerah melaksanakan dengan benar," jelasnya.
Baca juga: Kepala Daerah Diingatkan Harus Cermat Sebelum Ajukan PSBB
Terpenting untuk dilakukan ialah sosialisasi PSBB di berbagai daerah agar masyarakat benar-benar patuh. "Edukasi. Ini yang gak terlihat. Harus dijelaskan secara clear, PSBB itu apa. Buatlah edukasi menggunakan bahasa daerah, dan sebagainya," ujar Usman.
Sebelumnya FKM UI juga membuat model skenario covid-19 di Indonesia. Dalam skenario tersebut dinyatakan ketika intervensi rendah, masyarakat Indonesia yang terinfeksi covid-19 bisa mencapai 2,5 juta orang.(OL-11)
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved