Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Sistem Deteksi Korona di Korsel Kurang Cocok di Indonesia

Atikah Ishmah Winahyu
10/3/2020 20:31
Sistem Deteksi Korona di Korsel Kurang Cocok di Indonesia
Petugas kesehatan di Korea Selatan menyemprotkan cairan disinfektan di jalur pedestrian untuk menghambat penyebaran virus korona.(AFP/Jung Yeon-je )

KOREA Selatan mengantisipasi penyebaran virus korona (COVID-19) dengan cara yang cukup inovatif, yakni menyediakan layanan pemeriksaan drive-thru.

Melalui layanan ini, masyarakat dapat mengecek nafas, suhu tubuh dan lendir tenggorokan, tanpa harus turun dari kendaraan. Hasil pemeriksaan pun dapat diketahui dalam waktu 10 menit.

Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog Omni Hospitals, Dirga Sakti Rambe, menilai layanan yang disediakan otoritas Korea Selatan tergolong agresif untuk mengantisipasi penyebaran korona. Mengingat, semakin banyak orang diperiksa, semakin banyak pula orang yang terdeteksi. Sehingga, penyebaran virus tidak semakin meluas.

Baca juga: Tiongkok dan Korsel Buktikan Virus Korona Bisa Dikendalikan

Meski sistem tersebut efektif diaplikasikan di Korea Selatan, dia berpendapat belum tentu cocok diimplementasikan di Indonesia.  "Kebijakan yang dilaksanakan di suatu negara belum tentu cocok di negara lain. Korea termasuk yang paling agresif," ujar Dirga saat dihubungi, Selasa (10/3).

"Bila diterapkan di Indonesia, sepertinya kurang mampu karena wilayah yang luas sekali. Termasuk pulau-pulau, penduduk banyak dan resources terbatas," ujar Dirga kepada Media Indonesia, Selasa (10/3).

Dirga menilai standar operasional prosedur (SOP) yang diberlakukan pemerintah Indonesia saat ini sudah sesuai dengan panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, yang perlu diperbaiki adalah pelaksanaan di lapangan, termasuk meningkatkan detection rate dan testing capacity.

Baca juga: Kenakan Masker, Ribuan Pasangan Nikah Massal di Korea Selatan

"Intinya, meningkatkan jumlah orang yang diperiksa untuk menemukan kasus-kasus baru (sesuai dengan indikasi). Jangan sampai ada orang yang seharusnya dites karena memenuhi kriteria, tapi tidak di-follow up/dilakukan tes, itu maksud dari menaikkan detection rate," jelas Dirga.

"Sedangkan testing capacity, misalnya sekarang sehari cuma bisa 10 tes, harus ditingkatkan. Mungkin dengan memperluas jaringan laboratorium, sehingga yang mengerjakan juga banyak," tandasnya.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya