Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Risiko Kematian Virus Korona Disebut Lebih Rendah dari SARS

Ihfa Firdausya
29/1/2020 16:37
Risiko Kematian Virus Korona Disebut Lebih Rendah dari SARS
Penumpang menggunakan masker yang diberikan petugas dinas kesehatan di Bandara Wiriadinata, Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.(Antara/Adeng Bustomi)

WABAH virus korona atau Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang menjadi perhatian dunia, sering dihubungkan dengan wabah serupa, seperti Severe Acute Respiratory Infection (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Ketiga penyakit tersebut menyerang pernapasan dan berasal dari virus korona, meskipun jenisnya berbeda. Namun, jika dilihat dari risiko kematian akibat kasus ketiga penyakit tersebut, Novel Coronavirus atau virus korona jauh lebih rendah. Hal itu diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Adityo Susilo.

Risiko kematian kasus SARS mencapai sekitar 10%. "Jadi, kalau orang terinfeksi punya risiko meninggal kira-kira 10%. Untuk MERS lebih tinggi lagi sebesar 35%," jelas Adityo dalam seminar tentang virus korona yang diadakan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Rabu (29/1).

Baca juga: Mahasiswa RI di Wuhan Sayangkan Pemberitaan Virus Korona

Sampai saat ini, lanjut dia, jumlah kasus virus korona sekitar 2.800 orang dengan jumlah korban meninggal sekitar 80 orang. "Kalau dihitung-hitung, angkanya sekitar 2,9%. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tadinya men-divine 4%, tapi dengan penambahan jumlah kasus yang sakit, ternyata grafiknya gak setinggi yang sakit. Tadinya mereka prediksi 4% turun di level 3%," jelasnya.

Penyebaran virus korona dikatakannya relatif cepat, namun jumlah kasus kematian tidak setinggi SARS dan MERS. "Penting sekali untuk kita paham posisi ada di mana sekarang. Mungkin dia bikin sakit, tapi kemampuan (virus) untuk membuat pasien meninggal ternyata tidak setinggi yang kemarin (SARS dan MERS)," papar Adityo.

"Bukan berati kita cuek, kita terus pantau dan waspada," tukasnya.

Dokter Martin Rumende yang juga spesialis penyakit dalam RSCM menekankan kewaspadaan harus tetap diperkuat, termasuk menjaga daya tahan tubuh dengan hidup sehat.

"Untuk pencegahan, prinsipnya daya tahan tubuh mesti kuat. Mungkin sederhana, tapi tidur 6-8 jam, makan 3 kali sehari, hidup sehat dan jangan merokok. Perokok itu faktor risikonya berat ya. Kalau kena infeksi virus, gampang masuk ke paru-paru," tutup dia.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya