Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
AWAL tahun 2020, Ibu Kota Jakarta dilanda banjir dan daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang juga terdampak. Dari pemberitaan-pemberitaan di media, banyak yang menyoroti kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dianggap kurang cakap bekerja sehingga banjir besar bisa terjadi di Jakarta dan cukup meluas.
Belum lagi, perbedaan pendapat antara Anies Baswedan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono soal normalisasi atau naturalisasi Sungai Ciliwung.
Benarkah normalisasi atau naturalisasi merupakan cara-cara terbaik untuk menanggulangi banjir? Mungkin, secara ilmiah cara-cara tersebut bisa menjadi solusi. Namun, lupakah kita menyertakan peran agama untuk menanggulangi banjir tersebut?
Pada 4 Januari 2020, Daily Mail memberitakan sekelompok muslim di Australia berkumpul di Bonython Park melakukan salat meminta untuk diturunkan hujan. Aksi puluhan muslim ini didukung oleh Pendeta Pdt Patrick McInerey.
(https://www.dailymail.co.uk/news/article-7852909/Muslims-pray-rain-Bonython-Park-Adelaide-amid-bushfire-drought-crisis.html)
Berbeda dengan Indonesia yang mengalami curah hujan yang besar, Australia justru sebaliknya mengalami kekeringan dan menyebabkan kebakaran yang besar. Pemerintah Australia pun sudah dengan berbagai cara untuk menanggulangi kebakaran dan biaya yang sudah dikeluarkan pun tak sedikit.
Belajar dari Muslim di Australia dan didukung para pemuka agama di sana, tidakkah kita bisa belajar bahwa apapun upaya untuk menanggulangi bencana,entah itu banjir, kekeringan, kebakaran, dan lainnya, janganlah melupakan peran agama.
Peran agama dalam menanggulangi bencana, sebenarnya sudah disinggung oleh dua orang siswa SMA yang membuat film pendek dokumenter berjudul Green Religion (2007) pada 13 tahun lalu. Film pendek tersebut bercerita tentang pentingnya peran agama (pemuka agama) dalam memperbaiki lingkungan hidup.
Pemanasan global atau global warming saat ini menjadi sebuah ancaman serius bagi kehidupan manusia. Perubahan iklim yang tak menentu, buruknya kualitas udara dan banjir adalah salah satu dari sedikit contoh yang paling nyata.
Namun sayangnya, mengapa seolah-olah agama atau lebih tepatnya pemuka agama tak telalu ambil peran dalam isu global warming ini. Padahal jika para pemuka agama bicara soal isu lingkungan dalam dakwahnya, hal tersebut diyakini bakal memberikan pengaruh yang sangat besar dalam memperbaiki lingkungan hidup.
Kegelisahan inilah yang membuat Adi Putra dan sahabatnya, Ade Kurniadhi membuat film pendek berjudul Green Religion. “Saya tinggal di Jakarta. Saya tidak bisa bilang kalau cuaca Jakarta itu indah. Saya berharap udara di Jakarta bersih” ujar Adi Putra merasakan dampak perubahan iklim yang ada di Jakarta.
Dalam film tersebut, beberapa tokoh agama diwawancari mengenai peran agama dalam menjaga lingkungan. Salah satu tokoh agama yang diwawancarai dalam film tersebut adalah Ustaz Jefri Al Buchori (almarhum). Beliau membenarkan bahwa Agama Islam mengajarkan untuk menjaga lingkungan.
“Islam itu sangat mengajarkan untuk menjaga lingkungan. Kualitas keiman itu adalah menjaga. Menjaga dirinya, menjaga orang lain dan menjaga lingkungannya sehingga lahir kenyamanan,” jelas Ustaz Jefri Al.
Senada dengan Ustaz Jefri Al, seorang pemuka agama Kristen Pendeta bernama Ivan Tanatmadja mengatakan bahwa Gereja selalu menyerukan jamaatnya untuk memelihara kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Namun, Ustaz Jefri Al Buchori mengatakan bahwa para pemuka agama tidak bisa bekerja sendiri, perlu berbagai pihak untuk mengatasi persoalan lingkuangan hidup ini.
“Kita harus bergandeng tangan, sama-sama. Tak bisa sendirian. Dari teman-teman yang memiliki keyakinan sendiri untuk bisa memberikan tanggung jawab yang sama,” jelas Ustaz Jefri Al Buchori.
Film Green Religion disutradarai oleh Adi Putra dan Ade Kuniadhi yang dibuat pada tahun 2007. Ketika membuat film tersebut, mereka masih berusia 18 dan duduk di bangku SMA.
Adi Putra merupakan seorang forografer dan sutradara muda yang karya-karyanya mendapat sambutan yang positif di luar negeri. Pemilik akun Instagram @adipvtr itu juga sempat membuat heboh publik tanah air karena film pendeknya berjudul Adam diputar di Festival Film Internasional Cannes ke-65 tahun 2012 di Palais des Festival, Cannes, Prancis. (OL-09)
Film Host yang tayang di Prime Video menjadi interpretasi sinematik pertama dari legenda Thailand tentang Mae Sue, roh penjaga bayi baru lahir.
Film Kang Solah From Kang Mak x Nenek Gayung merupakan spin-off dari film Kang Mak From Pee Mak, yang sukses besar pada 2024.
Film itu akan menyajikan cerita perjalanan hidup Aqilla setelah merelakan anak kandungnya Baskara (Faqih Alaydrus) untuk diasuh oleh pasangan Arif dan Yumna di Surakarta.
Sosok hantu yang menyeramkan itu bakal muncul di film Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung, spin off dari film Kang Mak from Pee Mak.
AKTRIS Lily Collins, pemeran utama dalam serial Emily in Paris sudah terjun ke dunia hiburan sejak masih balita, tepatnya tahun 1992 saat usianya baru dua tahun.
Film berjudul Surat Untuk Presiden mengisahkan tentang harapan, keteguhan hati, dan cinta keluarga.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved