Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
BERDASARKAN data Nielsen dari survei Brand Health Tracking mengenai Formula Bayi dan Formula Lanjutan (IFFO) pada 2015, sebanyak 46% respondennya menyatakan kebutuhan mereka akan air khusus untuk melarutkan susu atau makanan pendamping air susu ibu (AS).
Sebanyak 65% responden di antaranya menyatakan bahwa bayi memerlukan air minum yang lebih natural dan alami. Alasan karena pencernaan bayi masih lemah, sebanyak 32% responden dan air minum memiliki peran penting untuk membantu tumbuh kembang bayi 30%.
Sebagaimana diketahui bahwa tumbuh kembang yang optimal diperlukan selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK.
Pada siaran pers, Jumat (22/11), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui perwakilannya Dr. Fery Rahman, MKM selaku Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan,“Kontaminasi makanan termasuk air minum oleh agen mikroba adalah salah satu penyebab utama diare pada bayi dan anak kecil.”
Hal tersebut merujuk pada data dari WHO tahun 2003 (Feeding and nutrition of infants and young children. Guidelines for the WHO European Region, WHO Regional Publications, European Series, No. 87,
Dalam, panduan WHO tahun 2005 (Nutrients in Drinking Water. Water, Sanitation and Health Protection and the Human Environment. Chapter 13) mengenai nutrisi dalam air minum menyatakan bahwa kandungan mineral dari air mineral yang digunakan untuk melarutkan susu atau makanan pendamping ASI, secara signifikan dapat mengubah dan menambahkan kandungan mineral pada susu atau makanan pendamping ASI”.
Dokter Muliaman Mansyur, Head of Medical Kalbe Nutritionals menjelaskan, “Dalam konteks melarutkan susu atau makanan pendamping ASI, air demineral atau bebas mineral adalah air yang ideal digunakan sebagai pelarut susu atau makanan pendamping ASI karena tidak akan mengubah kemurnian nutrisi yang terkandung dalam komposisinya.”
“Sedangkan melarutkan susu atau makanan pendamping ASI dengan air mineral, berpotensi meningkatkan kandungan mineralnya sehingga komposisi nutrisinya menjadi tidak sama lagi atau berubah,” kata dr. Muliaman.
“Dalam konteks air minum sehari-hari, air demineral atau bebas mineral sangat aman karena berbagai kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh, juga dapat kita peroleh dari makanan yang kita konsumsi,” paparnya.
Namun kini, risiko tersebut dapat diatasi dengan kehadiaran Morinaga Heiko+ Water yang merupakan inovasi terbaru dari Kalbe Nutritionals dan Morinaga Research Center Jepang yang telah berpengalaman mendukung nutrisi dan kesehatan keluarga selama lebih dari 100 tahun.
Morinaga Heiko+ Water adalah air murni yang bebas mineral dan bakteri, steril dan higienis diproses melalui delpaan tahapan proses untuk menghasilkan kualitas air murni terbaik. Heiko+ Water juga telah memenuhi standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), SNI dan memiliki sertifikat halal LPPOM MUI.
Helly Oktaviana, Senior Group Business Unit Head For Kids Nutrition menjelaskan,“Bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kalbe Nutritionals menggagas kampanye ‘Dukung Kemurnian Nutrisi Anak Sejak Dini’ melalui pemilihan air yang tepat untuk yang terkasih.”
“Pemilihan air yang tepat seperti air bebas mineral dan bakteri yang dapat digunakan sebagai pelarut susu atau makanan pendamping ASI, yang diharapkan mampu melindungi nutrisi makanan anak dengan tidak merubah komposisi susu dan makanan pendamping ASI yang sudah dibuat sesuai dengan standar BPOM,” papar Helly. (OL-09)
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Muklay menyampaikan bahwa seni sebaiknya dipahami sebagai ruang ekspresi, bukan sebagai sarana mencari keuntungan materi semata.
Cacingan umum terjadi pada anak usia 5–10 tahun. Kenali gejala, cara mengobati, dan langkah pencegahan untuk melindungi anak dari infeksi cacing.
Upaya untuk membiasakan anak menerapkan pola makan sehat bisa mulai dilakukan pada masa pengenalan MPASI, ketika anak berusia sekitar enam bulan.
Makan bersama keluarga secara rutin penting untuk membangun kebiasaan makan sehat sekaligus mempererat ikatan keluarga.
Para orangtua disarankan menghindari penggunaan disinfektan dan antiseptik secara berlebihan di rumah dan fokus pada upaya kebersihan fungsional, bukan sterilisasi berlebihan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved