Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEMENTERIAN Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) secara resmi meluncurkan kerja sama dengan SurfAid, lembaga nirlaba internasional yang bergerak untuk peningkatan kesehatan, kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat yang hidup di daerah terpencil yang terhubung melalui kegiatan selancar (surfing).
“Program dalam bentuk hibah dari SurfAid bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di daerah 3T, yaitu terluar, terdepan, dan tertinggal," kata Sekjen Kemendesa PDTT. Anwar Sanusi, PhD, saat seremoni peluncuran kerja sama Kemendesa PDTT dengan SurfAid di Jakarta, Jumat (4/9).
Menurut Anwar Sanusi, ada tiga program besar dalam kerja sama Kemendesa PDTT dengan SurfAid dalam kurun waktu 2019 sampai 2022, yaitu program Ehowu di Kabupaten Nias, provinsi Sumatera Utara, program Katuerukat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, program Nusatani di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Ia menambahkan ketiga program itu untuk penguatan kapasitas masyarakat lokal dan juga perbaikan kualitas kehidupan melalui program-program kesehatan juga ekonomi-ekonomi produktif yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di perdesaan.
“Bagi Kemendesa PDTT, kerja sama dengan SurfAid merupakan kerja sama yang pertama meski sebelumnya dari tahun 2000 SurfAID sudah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan," ujar Aawar.
"Kalau dilihat dari sisi substansi dan juga lokus kegiatan, irisannya sangat dekat dengan yang dilakukan oleh Kemendesa PDTT. Kami sangat berharap program-program yang dikembangkan ini selaras dengan yang dilakukan Kementerian dalam peningkatan kapasitas masyarakat pedesaan dan peningkatan produktifitas ekonomi perdesaan,” tegas Anwar.
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu Kemendesa PDTT, Aisyah Gamawati, MM, mengatakan Kemendesa PDTT dan Surfaid telah menyusun Rencana Induk Kegiatan untuk tahun 2019-2022 dengan fokus garapan atau target sasaran di 48 desa tertinggal yang tersebar di lima kecamatan dan empat kabupaten yakni Nias, Kepulauan Mentawai, Sumba Barat, dan Bima.
Dalam kerja sama tersebut juga melibatkan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu), Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD), serta Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT).
“Kementerian Desa PDTT direkomendasikan oleh Tim Pengawas Ormas Asing/Inter Kementerian untuk menjalin kerja sama dengan SurfAid karena Kemendesa PDTT dinilai selaras dengan karakteristik dan lokus dari surfAid yaitu wilayah perdesaan serta berkarakteristik pantai," jelas Aisyah.
Di Kemendesa PDTT, program kerja sama dengan SurfAid ini dilakukan tiga direktorat jenderal yang akan bersama-sama berkoordinasi dan bersinergi mendukung pelaksanaan program dan kegiatan di lapangan serta akan melakukan pemantauan secara terintegrasi tentunya juga dengan melibatkan Kementerian Luar Negeri serta instansi lainnya.
Di tempat yang sama, Douglas McGregor Lees, CEO SurfAid mengatakan SurfAid sangat berterima kasih karena bisa kembali bekerja lagi membantu masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan biasanya pelayanan dasar dan kesempatan untuk berkembang itu kurang jika dibandingkan dengan daerah perkotaan.
"SurfAid sangat senang sekali dan berharap akan terus berkontribusi untuk membantu pemerintah Indonesia dalam memajukan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil," ujar Douglas McGregor Lees.
“Di Indonesia, SurfAid memulai kegiatan pada 2000, didirikan seorang dokter yang memiliki hobi selancar. Pada awalnya dia mengunjungi spot surfing yang menakjubkan di Indonesia namun pada saat bersamaan ia juga melihat bagaimana beberapa masyarakat di tempat ia berselancar meninggal oleh penyakit yang sebenarnya masih bisa dicegah dan diobati," papar Lees. (OL-09)
Saat ini semakin banyak desa yang memanfaatkan dana desa untuk pembangunan sarana olahraga dan ruang kreatif pemuda.
Program Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul.
Sebelumnya Apdesi juga menyampaikan beberapa permohonan diantaranya penambahan Alokasi Dana Desa.
Biaya dan moda transportasi yang semakin beragam dan terjangkau juga turut mengubah pola mudik di masyarakat.
Mudik menjadi momen peningkatan ekonomi bagi masyarakat pedesaan berupa bergesernya perputaran uang dari kota tempat masyarakat bekerja ke desa kampung halaman.
DESA mengalami transformasi. Namun, transformasi tersebut belum sepenuhnya menghantarkan desa ke pintu gerbang kedaulatan dan kesejahteraan rakyat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved