Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Cegah Perburukan Kanker dengan Terapi Lini Kedua

Mediaindonesia
04/9/2019 03:20
Cegah Perburukan Kanker dengan Terapi Lini Kedua
WASPADA KANKER PAYUDARA: Seorang ibu melakukan pemeriksaan payudara oleh petugas di Jakarta, beberapa waktu lalu.(ANTARA/TERESIA MAY)

KANKER payudara tipe HER-2 positif ialah tipe yang paling ganas dari semua kanker payudara. Sekitar 50% pasien kanker payudara tipe human epidermal growth factor receptor 2 (HER-2) positif stadium lanjut yang telah menjalani pengobatan pada lini pertama akan mengalami perburukan penyakit atau kekambuhan dalam 12 bulan. Karena itu, diperlukan pengobatan di lini kedua. Di Indonesia, saat ini tersedia pilihan obat lini kedua kanker payudara yaitu Trastuzumab emtansine.

Dokter Andhika Rachman SpPD-KHOM dari dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan Trastuzumab emtansine memiliki obat tunggal yang menyinergikan dua perlawanan terhadap kanker, yaitu kemoterapi dan terapi target sehingga ada 2 agen antikanker dalam satu obat.

"Dengan obat ini, agen anti-kanker dihantarkan langsung ke dalam sel kanker sehingga meminimalisasi kerusakan pada jaringan sel normal," terangnya dalam acara acara diskusi media mengenai pengobatan kanker payudara HER-2 positif metastase di Jakarta, pada Rabu (28/8).

Kemoterapi, terangnya, be-kerja dengan cara menyerang sel yang membelah diri dengan cepat seperti sel kanker dan sel normal lainnya. Adapun terapi target secara spesifik menargetkan molekul biologis dalam tubuh yang berperan dalam merangsang pertumbuhan sel kanker dan tidak menyerang sel-sel normal seperti pada kemoterapi.

Menurut dr Andhika, obat-obatan anti-HER-2 positif untuk kanker jenis ini seperti Trastuzumab telah dikembangkan sejak 1998. Ia memaparkan dari ujiklinis terhadap pasien kanker payudara HER-2 positif, dida-patkan hasil bahwa pemberian terapi Trastuzumab emtansine dapat menunda perburukan penyakit pada pasien kanker payudara stadium lanjut selama 9,6 bulan.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dr Cosphiadi Irawan SpPD-KHOM mengatakan pasien dapat diberi obat tersebut atau kombinasi obat lain yaitu lapatinib dan capecitanabine. Untuk Trastuzumab emtansine, imbuhnya, diberikan melalui infus dengan dosis 30 miligram per kilo berat badan pasien. Periodenya satu kali dalam tiga minggu dengan evaluasi karena ada risiko efek samping seperti penurunan trombosit, gangguan metabolisme hati, ataupun jantung.

Diakui dr Cosphiadi, akses obat ini bagi pasien masih terbatas karena lebih mahal jika dibandingkan dengan terapi target biasa, serta belum masuk dalam skema pembiayaan program Jaminan Kesehatan Nasional. "Obat ini sudah masuk skema pembiayan jaminan kesehatan nasional di 41 negara. Di Malaysia, Vietnam, dan Thailand obat ini dibayar dengan sistem cost sharing antara pasien dan pemerintah," tukasnya. (ind/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya