Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kagama Gelar Seminar Nasional Jelang Munas

Irvan Sihombing
21/8/2019 21:40
Kagama Gelar Seminar Nasional Jelang Munas
Lambang Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.(Ist)

DALAM rangka menyambut Musyawarah Nasional XIII, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) menggelar Seminar Nasional bertajuk 'Pendidikan Bangsa dalam Menyiapkan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0'.

Acara yang digelar pada Kamis (22/8) besok ini bertempat di Museum Ronggowarsito, Jalan Abdul Rahman Saleh Nomor 1, Semarang, Jawa Tengah, dimulai pukul 09.30 hingga 13.00 WIB.

Seminar nasional ini akan menghadirkan pembicara Wikan Sakarinto, Dekan Sekolah Vokasi UGM, Retno Listyarti, praktisi pendidikan yang kini aktif sebagai Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), artis muda sekaligus enterpreneur yang menekuni bidang seni, Gita Gutawa, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi dan anggota Dewan Pengarah BPIP, Mahfud MD.

Sekjen Pengurus Pusat Kagama, AAGN Ari Dwipayana, mengatakan, tema tersebut dipilih lantaran pihaknya ingin menghimpun gagasan tentang bagaimana membangun SDM Indonesia dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.

"Indonesia sedang memasuki periode bonus demografi, di mana 70% penduduk Indonesia akan berada pada usia kerja yang akan mencapai puncaknya pada 2025–2030. Di satu sisi, bonus ini merupakan kekuatan Indonesia dalam menjalankan berbagai program pembangunan, namun di sisi lain akan menjadi 'bencana' jika Indonesia gagal membangun SDM yang unggul," ujar Ari dalam keterangannya, Rabu (21/8).

Namun, ia optimistis Indonesia akan mampu menghadapinya. Sebab, pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi komitmen bersama segenap bangsa yang diwujudkan dalam prioritas dan fokus utama kerja pemerintah.

Menurut Ari, pembangunan SDM ini sangat penting sebab ke depan Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan diri pada komoditas.

 

Baca juga: Menpora Ajak Ratusan Pemuda Nobar Film Livi Zheng Besok di Bali


"Indonesia harus keluar dari 'kutukan' sumber daya alam sebab era komoditas sudah berakhir. Indonesia harus mampu menggeser arah pembangunan ke pembangunan manusia, mendorong inovasi, dan penguasaan teknologi. Apalagi kita berhadapan dengan dunia yang berubah dengan begitu cepat dengan datangnya revolusi industri 4.0," kata Ari.

Era industri 4.0 ialah kecenderungan otomatisasi dan pertukaran data yang mencakup cyber-physics, internet of things [IoT], cloud computing, dan cognitive computing. Istilah industri 4.0 diangkat kembali dalam Hannover Fair pada 2011 yang utamanya tentang komputerisasi pabrik, namun sekarang berkembang dan diyakini sebagai kecenderungan global.

Lantas dari mana Indonesia memulai pembangunan manusia? Menurut Ari, pembangunan manusia harus dilakukan mulai dari dalam kandungan sampai dengan lanjut usia (lansia).

"Kuncinya adalah pendidikan. Sebab lompatan kemajuan bangsa bisa dilakukan melalui pendidikan. Pada titik ini sektor pendidikan Indonesia  menghadapi tantangan nyata dan tidak ringan. Pendidikan Indonesia dihadapkan pada tantangan bagaimana menyediakan bentuk pendidikan yang tidak hanya tanggap dalam menyiapkan peserta didik yang kompeten, tetapi juga memiliki karakter kuat berakar pada jati diri bangsa," lanjutnya menerangkan.

Pertanyaan yang kemudian muncul ialah apa arah reformasi pendidikan sehingga Indonesia  bisa melakukan lompatan? Menurut dia, arah yang perlu dilakukan setidaknya ada dua cara. Pertama, meningkatkan akses pada pendidikan dan kedua, meningkatkan kualitas pendidikan.

Untuk menjawab dan membahas pertanyan-pertanyan tersebut, Kagama pun menggelar Seminar Nasional Pra-Munas. Sebanyak 700 peserta dari berbagai latar belakang sosial dan tingkat pendidikan bakal meramaikan seminar yang terbuka untuk umum dan dibuka Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik