Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Asap Karhutla belum Lintas Negara

Dhika Kusuma Winata
12/8/2019 07:40
Asap Karhutla belum Lintas Negara
Upaya pemadaman kebakaran lahan di Ogan Iliir baik oleh tim satgas darat maupun satgas udara.(MI/Dwi Apriani)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendeteksi adanya penyebaran asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Namun, penyebaran asap itu tidak sampai ke negeri jiran.

“Asap terdeteksi di Sumatra dan Ka­limantan, tetapi tidak ada transbounda­ry haze atau asap yang melintas ke negeri tetangga, seperti Malaysia atau Singapura,” Plt Kepala Pusdatin­mas BNPB Agus Wibowo di Jakarta, kemarin.

Agus juga menuturkan, berdasarkan hasil pantauan kemarin, terjadi pengurangan jumlah titik panas (hotspot) kategori sedang dan tinggi di sejumlah daerah, di antara Kalimantan Selatan berkurang 27 titik menjadi 14 titik, Kalimantan Timur berkurang tiga titik menjadi 20 titik, dan Kalimantan Utara berkurang 6 titik menjadi 23 titik.    

Namun, di sejumlah lokasi, jumlah titik panas bertambah, yaitu Kalimantan Barat bertambah 72 titik menjadi 605 titik, Kalimantan Tengah bertambah 4 titik menjadi 163 titik.   

Titik panas di Jambi bertambah satu titik menjadi tiga, Sumatra Selatan bertambah 6 titik menjadi 19 titik, dan Bangka Belitung bertambah 10 titik menjadi 14 titik.    

Agus menambahkan 9.072 personel gabungan yang tediri atas TNI, Polri, BNPB, BPBD, dan masyarakat setempat telah bekerja untuk memadamkan karhutla di enam provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

“Tim gabungan terus melakukan pemadaman api, baik dari darat maupun dari udara,” kata Agus.

Sementara itu, Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Yazid Fanani turun langsung dan ikut membantu upaya penanggulangan karhutla di kawasan lahan gambut yang terjadi di Kecamat­an Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, kemarin dini hari.

Kebakaran lahan gambut di sekitar areal Bandara Syamsuddin Noor ini dikhawatirkan meluas dan mengakibatkan bencana kabut asap yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat dan penerbangan.

Selain melakukan pengawasan secara ketat, Kapolda juga berjanji akan menindak tegas perusahaan dan masyarakat yang terbukti melakukan pembakaran lahan dan menyebabkan bencana kabut asap. “Siapa pun yang terbukti membakar untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan akan diproses sesuai dengan ketentuan hukum,” tegasnya.

Waspadai kemarau panjang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan musim kemarau tahun ini akan lebih kering jika dibandingkan dengan tahun lalu sehingga potensial menimbulkan karhutla.

“Ada kondisi-kondisi atmosfer dan laut yang berdampak pada musim kemarau tahun ini terasa lebih ke­ring daripada kemarau pada 2018.

Hal itu membuat kondisi lahan khususnya gambut potensial menjadi mudah terbakar,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo ketika dihubungi, kemarin.

Menurutnya, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa wilayah di ASEAN sedang mengalami musim kemarau (monsun Australia) dengan pola angin secara umum berasal dari arah tenggara yang bersifat kering.

Selain itu, kondisi musim saat ini juga dipengaruhi anomali suhu permukaan laut yang negatif, khususnya di perairan Indonesia bagian selatan ekuator.

Gejala El Nino dengan intensitas lemah yang berlangsung sejak akhir tahun lalu saat ini masih berlangsung meski bertendensi menuju kondisi netral. Selain itu, ada pula kondisi Indian Ocean Dipole Mode positif.

“Kondisi kering yang diikuti dengan munculnya titik panas dapat berkembang dan berpotensi menjadi karhutla,” imbuhnya. (DY/RF/FB/SL/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya