Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Ali Ghufron Mukti Raih Health Warrior Awards 2019

Syarief Oebaidillah
30/6/2019 22:40
Ali Ghufron Mukti Raih Health Warrior Awards 2019
DirekturJenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti( FOTO ANTARA/Widodo )

DIREKTUR Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti, dinobatkan menjadi salah satu pejuang kesehatan dalam acara Health Warrior Awards 2019.

Ajang penghargaan yang digelar di Fakultas Kedokteran Trisakti ini merupakan bentuk apresiasi dari Forum Ikatan Alumni Kedokteran Seluruh Indonesia (FIAKSI) bersama PTTEP dan Dompet Dhuafa bagi sejumlah tokoh yang telah memberikan kobtribusi nyata terhadap dunia kesehatan Tanah Air.

"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dipercaya mendapatkan penghargaan sebagai pejuang kesehatan atau health warrior. Terimakasih atas apresiasi ini," kata Ali Ghufron melalui keterangan tertulis yang diterima Minggu (30/6).

Pada kesempatan itu, beberapa tokoh juga dinobatkan sebagai pejuang kesehatan. Di antaranya artis senior Titiek Puspa, Lula Kamal, Prof Yati Sunarto, Bupati Jember Dr Hj Faida, dan berbagai tokoh dari generasi muda. Penilaian para pemenang dilakukan atas dasar impak, komitmen, prestasi, keberlanjutan program, dan penggerak dalam dunia kesehatan.

Sebagai mantan Wakil Menteri Kesehatan yang kini diberi amanah untuk membangun pendidikan tinggi, Ali Ghufron memberikan perhatian khusus pada ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di sektor kesehatan. Hal ini diwujudkan melalui terbentuknya Komite Bersama antara Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Adapun salah satu program yang dihasilkan, yakni Academic Health System (AHS) yang menyinergikan antara unsur edukasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

"Ruang lingkup AHS mencakup pengembangan kurikulum di perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan sebagai lokasi pendidikan profesi memastikan kesiapan tenaga kesehatan, serta sistem yang kontinu dan berkelanjutan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal," ungkapnya.

Sebelumnya, Ali Ghufron juga memiliki andil besar dalam pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Kala itu, Guru besar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini berperan sebagai ketua pokja persiapan BPJS yang kini menjadi andalan masyarakat untuk memperoleh layanan dan fasilitas kesehatan yang terjangkau. Hal ini tak terlepas dari keahliannya di bidang jaminan kesehatan.


Baca juga: Uhamka Jalin Kerja Sama dengan UB


"Konsep kebijakan mengenai jaminan kesehatan ini juga sudah saya sampaikan ke berbagai perguruan tinggi luar negeri, seperti di Harvard Medical School, University of Nottingham, Coventry University ketika saya diundang untuk memberikan kuliah umum," sebutnya.

Berkat dedikasinya itu pula, Ali Ghufron mendapat gelar kehormatan Honoris Causa (HC) bidang kesehatan dari Coventry University, Inggris, di tahun 2017. Ia menuturkan, apa yang sudah dilakukannya selama ini tak semata-mata hanya untuk mengejar prestasi dan pengakuan internasional. Baginya, yang terpenting adalah memperjuangan sistem jaminan kesehatan yang murah, terutama untuk masyarakat yang kurang sejahtera.

"Menurut saya, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi adalah kunci mewujudkan kesejahteraan. Dahulu saya bercita-cita menjadi seorang dokter agar bisa menolong orang lain, apalagi saat itu biaya pengobatan mahal. Setelah saya berhasil menjadi dokter dan melanjutkan studi S-2 hingga S-3, saya ingin membangun sistem jaminan kesehatan masyarakat,” cetusnya.

Pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1962 tersebut mengakui saat ini memang masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan sistem jaminan kesehatan yang ideal di negara berkembang. Di sisi lain, jumlah penderita penyakit, seperti jantung, diabetes, kanker, obesitas kian meningkat. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, ujar Ghufron, tidak cukup hanya mengandalkan SDM yang mumpuni.

"Perlu ketajaman visi dan panggilan hati, terutama bagi mereka yang berperan sebagai leader atau penentu kebijakan. Dan tentunya saya juga berharap apa yang telah saya lakukan selama ini juga bisa menjadi teladan yang baik bagi para generasi muda yang akan mengisi pembangunan di masa mendatang," tukasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya