Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
PENINGKATAN kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) di beberapa wilayah Indonesia terus berulang dari tahun ke tahun. Hal itu menandakan masyarakat belum sadar pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) beberapa bulan menjelang musim hujan, sebelum DBD merebak.
Prof Saleha Sungkar dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menuturkan hal yang efektif dilakukan dalam menurunkan kasus DBD ialah pemberantasan vektor atau nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue secara terpadu. Pasalnya fogging atau pengasapan terbukti tidak efektif memberantas nyamuk.
"Fogging hanya baik untuk penanggulangan wabah DBD yang jumlahnya tinggi karena cepat sekali menurunkan jumlah vektor. Tetapi tanpa dibarengi PSN, sarang nyamuk tetap ada. Masalahnya tidak semua rumah bersedia melakukan PSN," ujar Saleha dalam seminar awam bertajuk "DBD yang Tak Kunjung Musnah", di Gedung IMERI, FKUI, Jakarta, Rabu (13/2).
Ia mengutarakan beberapa bulan sebelum memasuki musim hujan, sebaiknya pemerintah pusat dan daerah mulai mengampanyekan dan menyosialisasikan waspada DBD. Masyarakat juga diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Baca juga: Pengobatan DBD Paling Ampuh: Jaga Asupan Cairan
Pengasapan, imbuhnya, tidak dapat diandalkan untuk menekan populasi vektor penular DBD, karena biayanya mahal. Selain itu, asapnya dapat mencemari lingkungan dan ada kemungkinan nyamuk Ae. Aegypti dapat kebal terhadap asap.
"Kalau ingin memberantas DBD maka harus memutus siklus hidup nyamuk Ae. Aegypti. Nyamuk itu biasa bertelur di dinding vertikal bagian dalam dari tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung. Tempat air di dalam rumah lebih disukai," terangnya.
Telur dari nyamuk Ae. Aegypti, tuturnya, dapat bertahan hingga enam bulan. Oleh karena itu, PSN dianjurkan rutin dilakukan setiap minggu, caranya dengan membersihkan dinding-dinding wadah penampung air, menutupnya atau menaburkan dengan bubuk lavasida untuk membunuh jentik-jentik nyamuk tersebut.
Satu ekor nyamuk Ae. Aegypti, terang Saleha, dapat menularkan virus setelah menghisap dari orang yang terinfeksi. Dalam waktu 10 hari, nyamuk dapat menularkan virus dengue pada manusia. Nyamuk Ae. Aegypti akan berpindah menghisap darah orang lain sebelum kenyang. Oleh karena itu, penularan DBD cenderung tinggi.
"Hanya nyamuk betina yang menghisap darah karena membutuhkan protein untuk menghasilkan telur. Sekali bertelur, nyamuk Ae. Aegypti bisa menghasilkan 150 butir," ucapnya.
Diakui Saleha, DBD sebagai penyakit endemis di Indonesia sulit dieliminasi. Tetapi dapat dikendalikan dengan mengurangi jumlah nyamuk. Salah satu negara yang berhasil dalam mengendalikan kasus DBD ialah Kuba.
Pemerintah Kuba, kata dia, menerapkan DBD dalam kurikulum pendidikan sehingga kewaspadaan dan pemahaman masyarakat terhadap bahaya DBD dan menjaga lingkungan terbentuk sejak dini.
Pada kesempatan yang sama, dr. Leonard Nainggolan SpPD-KPTI dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI menyampaikan pengendalian vektor dengan PSN untuk menurunkan insidensi rate atau angka kasus sebanyak 5/100.000 penduduk.
Namun di Indonesia belum maksmimal dilakukan. Sedangkan angka kematian akibat kasus sudah cenderung baik yakni kurang dari 1%. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukan sejak Januari hingga 3 Februari tercatat 16.692 kasus dengan pasien meninggal 169 orang.(OL-5)
Jambu biji kaya vitamin C, quercetin, dan trombinol yang membantu meningkatkan trombosit dan mempercepat pemulihan pasien demam berdarah (DBD).
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data terbaru mengenai tren kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved