Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
FILM horor Sebelum 7 Hari yang disutradarai Awi Suryadi dan dibintangi Fanny Ghassani akan tayang mulai 23 Januari di bioskop. Film Sebelum 7 Hari diadaptasi dari film pendek.
Film Sebelum 7 Hari mengisahkan keluarga nenek seorang nenek bernama Anggun (Fanny Ghassani). Anak Anggun, pasangan Tari (Agla Artalidia) dan Kadar (Haydar Salishz), telah lama tidak pulang dan baru mudik setelah sang ibu meninggal dunia.
Anggun meninggal dalam usia 70 tahun dalam keadaan yang tidak wajar. Seorang dukun, meminta agar jenazah Anggun itu dikuburkan pada Kamis Kliwon. Menanti masa penguburan jenazah, teror mengintai Tari dan Kadar, serta kedua anak Tari yang ikut pulang, Bian (Anantya Rezky Kirana) dan Hanif (Sulthan Hamonangan).
Film Sebelum 7 Hari sekaligus menjadi come back Fanny Ghassani ke dunia film setelah 14 tahun. Sebelumnya, ia lebih banyak mengisi acara-acara televisi dan fokus pada keluarganya.
Berperan sebagai Anggun, yang menjadi tantangan bagi Fanny adalah ia harus berdialog Jawa sekaligus nyinden. “Untuk nyinden itu aku latihan kurang lebih tiga kali, nyinden sambil gerak, sambil menari. Aku sendiri enggak punya dasar menyanyi, enggak punya dasar bahasa Jawa. Untungnya acting coach kami itu juga bisa bahasa Jawa jadi sekalian belajar sekitar 2 mingguan,” kata Fanny Ghassani di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, saat gala premiere Sebelum 7 Hari, Kamis (16/1).
Menurut Fanny, meski horor, film itu memiliki nilai kehidupan tentang kebenaran. Baginya, suatu kebenaran tidaklah utuh. “Kebenaran itu kan enggak utuh. Berbeda-beda setiap orang, dengan pengalaman yang dilalui, pengalaman berpikir, background keluarga,” kata aktris 33 tahun itu.
Selain itu, melalui berbagai karakter di film ini, penonton juga bisa belajar untuk lebih mengenal diri dengan melihat dari sudut pandang orang lain. “Kita bisa melihat berbagai sudut pandang dari para karakter di film ini. Apa yang benar menurut karakter tertentu, belum tentu benar menurut karakter yang lain,” pungkasnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved