Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
"BILA janin di dalam perut bisa bicara, kira-kira apa yang akan ia sampaikan pada ibunya?" Pertanyaan tersebut dijawab oleh Parade Hujan bersama Monita Tahalea dalam lagu terbaru berjudul Kehadiran.
Kuartet Parade Hujan merilis single ketiga mereka setelah berhasil melepas single perdana bertajuk Datang dan single hasil kolaborasi dengan Adrian Yunan berjudul Maka Diturunkanlah Hujan. Hal ini merupakan awal keseriusan formasi rujuk rindu ini dalam merampungkan album penuh mereka nanti.
Karakter vokal yang kuat dari Monita membaur sempurna dengan lagam notasi vokal Is yang khas.
Seperti pada rilisan sebelumnya, instrumen elektrik yang dominan juga masih dipertahankan dengan nuansa pop kental yang lebih enerjik. Syair lagu yang sederhana tapi padat makna mengikat irama ini dan menghasilkan musik Parade Hujan yang terdengar lebih baru.
Kehadiran seorang manusia di dalam sebuah kehidupan diawali dengan suatu ikatan janji akan sebuah peran dan tanggung jawab nanti. Peran dan tanggung jawab itu pun direngkuh oleh sang Ibu. Sosok Ibu memainkan peran penting dalam peristiwa sakral kelahiran.
Lagu kehadiran ini bercerita tentang momen sakral awal kehidupan tersebut yang tidak bisa tergantikan. Lagu ini secara fasih menangkap peristiwa menjadi manusia baik itu sebagai seorang anak maupun orang tua.
Lagu ini menyuarakan kerucut harapan bayi ketika ia dilahirkan: penerimaan dan cinta ibu. Bukankah tidak ada hal lain di dunia ini, yang diinginkan seorang bayi yang baru lahir, selain hangat dekapan ibunya?
Dalam setiap getir dan peluh yang silih berganti hadir, sosok ibu menantikan kehadiran penyejuk mata dan pelipur lara. Setiap kecemasan dan kekhawatiran yang dirasakan Ibu juga turut serta dialami sang bayi. Mereka tadinya satu raga dan satu rasa dalam gelombang senang dan sedih serta berbagi ketakutan yang sama.
Apa yang akan disampaikan janin pada ibunya akan merupakan hal yang menguatkan dan saling menenangkan.
"Sambut Aku, Dekap Aku" merupakan bagian lirik yang selalu diulang dalam lagu dan secara berulang kali pula menjawab setiap ketakutan ibu akan masa depan yang belum pasti.
"Sentuhlah wajahku, kecuplah keningku" menjadi obat bagi kecemasan ibu dan sebuah harapan serta keyakinan untuk bisa menjadi ibu terbaik buat anaknya. Kehadiran seorang manusia dan proses kelahiran tidak bisa tergantikan ataupun disia-siakan begitu saja hanya karena ketidaksiapan ataupun ketakutan yang tidak beralasan.
Semoga lagu ini kelak bisa menginspirasi kita dalam mempersiapkan diri menjadi manusia yang peduli akan peran, tanggung jawab serta konsekuensi menjadi ibu dan menjadi anak dalam waktu yang bersamaan.
Sebagian hasil dari royalti lagu dan keuntungan dari penjualan merchandise akan diberikan kepada anak-anak yang membutuhkan, terutama bagi yang telah kehilangan 'kehadiran' sosok orangtua dalam kehidupan mereka. Dalam hal pengerjaan merchandise ini, Parade Hujan didukung oleh GKP Worldwide. (Z-1)
Kehadiran Monita Tahalea menambahkan kedalaman emosional tersendiri pada lagu Titik Nadir dari Kahitna.
Lagu ikonik dari band J-Rocks ini di-remake oleh penyanyi anak berbakat Indonesia, Atiya Purnomo, dan dihadirkan kembali dengan perspektif yang lebih muda dan penuh harapan.
Kau Juga Semua Orang lahir dari keresahan pribadi Tradeto tentang kecenderungan manusia untuk selalu membandingkan diri dan merasa lebih unggul.
Single Yakin dari Rio Adiwardhana tetap membawa benang merah dari EP sebelumnya (Sisi Lain), dan menjadi lagu pembuka untuk EP selanjutnya
Penyanyi jazz Muthia Nadhira mempersembahkan interpretasi baru dari lagu legendaris Simpan Saja, menandai peluncuran album debutnya yang bertajuk Garden of Mimosa.
Lagu Kelam dari Jims Wong juga menjadi hal yang menarik karena hadirnya Artsi, menambah warna emosional dalam harmoni vokal yang mendalam.
Program konser tersebut mencakup karya dari para musisi hebat Hongaria seperti Franz Liszt, Béla Bartók, Zoltán Kodály, dan György Orbán, hingga khazanah musik rakyat Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved