Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
GRUP band The Panturas meluncurkan single teranyar berjudul Lasut Nyanggut pada 4 Oktober. Perilisan ini sekaligus menandai era pelayaran baru kwartet asal Jatinangor tersebut menuju mini album terbaru, Galura Tropikalia yang bakal dirilis via La Munai Records pada November. Judul lagu dengan lirik berbahasa Sunda yang ditulis sang drummer Surya Fikri alias Kapten Kuya ini memiliki arti gagal bersambut.
Kisah di dalamnya pun diambil dari sebuah kisah rakyat yang cukup populer di tanah sunda. Berdongeng tentang seseorang pergi memancing, namun tak kunjung mendapat ikan dan yang dapat justru selalu saja sampah. Saking putus asanya, seseorang tersebut akhirnya meminta pertolongan makhluk halus tapi tetap yang didapat malah jurig jarian atau siluman sampah.
Sebelumnya, trek Lasut Nyanggut pernah diluncurkan dalam format vinyl pada 2020. Lagu hasil kerja sama pertamanya bersama Ricky Virgiana dari White Shoes and The Couples Company (WSATCC) ini kembali ditunjuk jadi single dengan sedikit sentuhan baru pada segi instrumen. Selain itu, The Panturas juga mengajak beberapa nama kolaborator pada trek ini.
Baca juga : Industri Musik di Kota Aceh Semakin Berkembang
“Ini merupakan kerja sama pertama Panturas sama Ricky Virgana sebagai produser. Beres rekaman kebetulan di kampung Kuya, Tanjung Sari, ada temannya yang bisa main terompet namanya Muis, jadi langsung di-take aja sekalian. Sama tentu ada koh Eki (perkusi) dan Panji (keyboard),” ungkap vokalis The Panturas, Abyan (Acin) dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Jumat (4/10).
Kebaruan dengan unsur Sunda ini menjadi materi yang cukup asing bagi para pendengarnya secara umum berhubung bahasa yang digunakan pada lirik. Kuya, Acin, Bagus, dan Rizal juga mengakulturasi elemen kesundaan lainnya pada nuansa hingga struktur musik dan instrumen di dalamnya.
Kendati demikian, eksplorasi terbaru The Panturas yang cukup asing ini di telinga pendengarnya tersebut tidak menjadi kekhawatiran para personel, khususnya dalam ranah komersialitas. Mini album terbaru mereka justru dianggap sebagai wahana tempat mereka bisa menemukan hal-hal baru dari sebuah latar belakang budaya yang cukup kental melekat pada masing-masing personel. Demi menggawangi materi-materi penuh eksplorasi ini, The Panturas konsisten memanggil bala bantuan Ricky Virgiana sebagai produser dalam mini album dan bantuan Om Robo (Southern Beach Terror/Sundancer) sebagai guru spiritual gitar. Mini album tersebut juga dikabarkan banyak mengundang kolaborator lainnya.
“Kami berharap dianggap keren aja sih. Memang ingin bikin rilisan yang bisa menyalurkan kemauannya anak-anak (The Panturas) aja, tapi kalau pada suka dan jadi lagu pop ya alhamdulillah,” pungkas Acin.(M-3)
Melalui mini album (EP) perdananya yang berjudul Unspoken, Adrian Sant mencoba menuangkan semua rasa yang tidak terucapkan menjadi karya musik yang jujur dan penuh makna.
Single utama dari album Balance milik Jake Miller, Rock Bottom, adalah lagu emosional yang ia garap bersama salah satu rekan kolaborator terlamanya, Neriah.
Mengangkat tema cinta yang tidak seimbang, Saiva menggambarkan bagaimana seseorang bisa kehilangan jati dirinya demi mempertahankan hubungan yang sebenarnya sudah timpang.
Jenaka Mahila mengatakan pernah mengikuti ekstrakurikuler memasak dan memiliki buku resep, sehingga sering memasak ulang masakan favoritnya melalui buku tersebut.
Lagu Bayangkan Ku Hilang dari Teddy Adhitya mengisahkan perasaan seseorang yang terus memberi cinta tanpa pernah benar-benar dilihat atau diakui.
Lagu Berikan Yang Terbaik dari Sammy Simorangkir bercerita tentang seseorang yang jatuh cinta pada kekasih orang lain.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved