Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Voice of Baceprot Rilis Mighty Island, Lagu Tentang Kehancuran Alam

Fathurrozak
05/10/2024 15:21
Voice of Baceprot Rilis Mighty Island, Lagu Tentang Kehancuran Alam
Voice of Baceprot merilis lagu Mighty Island.(Dok. Voice of Baceprot)

PADA 2021, trio Voice of Baceprot (VoB) yang diisi oleh Firda “Marsya” Kurnia (gitar dan vokal), Widi Rahmawati (bas), dan Euis Sitti Aisah (drum) mencoba berefleksi tentang relasi antara manusia dan alam. Mereka mencoba menelisik bagaimana aktivitas manusia menjadi faktor dominan dalam kerusakan lingkungan.

 

Kenyataan itu telah membenamkan pikiran mereka ke dalam pertanyaan yang cukup pelik: “Apa yang bisa kita perbuat sebagai manusia, sebagai subyek perusak yang dominan untuk menghentikan dominasi itu?”

Baca juga : Voice of Baceprot akan Tampil di GP Singapura

 

Berangkat dari pertanyaan tersebut, VoB merefleksikannya dalam lagu bertajuk Mighty Island. Di situ pendengar disajikan lirik  dalam bahasa Sunda, bahasa ibu sang penulis lirik Marsya, untuk mengingatkan bahwa dahulu manusia memuliakan alam, mesra merawat bumi.

 

Baca juga : Muffest+ 2024 Dimulai Hari Ini, 175 Jenama Ambil Bagian

“Kami teramat sadar, menumbuhkan kesadaran (seperti yang telah banyak diupayakan orang-orang) tentang perlunya aksi nyata untuk menjaga keberadaan alam yang sehat adalah proses yang panjang, rumit dan berliku. Namun, ditengah kecemasan yang kian akut itu, kami mencoba berupaya untuk memelihara kepercayaan,” kata Marsya melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, Sabtu, (5/10).

 

Secara gamblang Mighty Island dibuat untuk menggambarkan kehancuran alam yang disebabkan oleh tindakan-tindakan manusia, seperti pemusnahan hutan dan lahan hijau, pencemaran laut, perburuan liar, dan perilaku-perilaku ugal-ugalan manusia yang menjadi penyokong mutlak krisis iklim.

Baca juga : Voice of Baceprot akan Jadi Band Indonesia Pertama yang Tampil di Festival Musik Glastonbury

 

Penekanan kata Island dalam judul lagu tersebut dimaksudkan sebagai simbol penghantar rasa getir, bumi yang dahulu indah, kokoh, dan menjadi sumber beragam kehidupan, kini kian terkikis habis-habisan oleh keserakahan penguasa, dan ketidakpedulian masyarakat pada eksploitasi berdalih ekonomi, serta kerakusan pengusaha-pengusaha yang memiliki kekuasaan super untuk mengacak-acak regulasi lingkungan.

 

Baca juga : Supaya Musisi tidak Terus Rugi, Aturan Royalti Mesti Direvisi 

“Mungkin saja lagu ini bisa juga menjadi penyeru serta mampu turut mengajak siapapun untuk tak lantas hanya berhenti setelah merasa punya kesadaran, setelah merasa perlu mengaku waras. Lebih dari itu, mungkin juga lagu ini bisa ikut menjadi sulur bagi siapapun agar punya kemauan untuk bertindak menyelamatkan alam, menyelamatkan masa depan,” lanjut Marsya.

 

“Kini kami berharap, semoga ada kesadaran yang terbangunkan. Semoga ada kewarasan yang tergugah sebelum semuanya benar-benar terlambat,” tambah Widi. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya