Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Raffi Ahmad: Buku Demokrasi di Era Post Truth Ajarkan Cara Adaptasi

Mediaindonesia.com
12/12/2021 06:25
Raffi Ahmad: Buku Demokrasi di Era Post Truth Ajarkan Cara Adaptasi
Raffi Ahmad, selebritis dan influencer.(dok.ist)

SELEBRITIS Raffi Ahmad menilai buku Demokrasi di Era Post Truth patut dibaca generasi muda. Sebab buku yang dibuat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan ini mampu beradaptasi dengan keadaan sekarang maupun mendatang.

“Hebatnya Pak Budi Gunawan ini bisa terus bergenerasi. Buku ini sangat penting banget dibaca untuk anak muda, karena kalau mau sukses harus bisa beradaptasi dengan keadaan, lingkungan, dan perkembangan zaman,” kata Raffi Ahmad, usai seminar launching buku “Demokrasi di Era Post Truth”, kemarin.

Raffi menjelaskan, saat ini berita hoax sudah sangat sering ditemukan di media sosial dan hal tersebut bukan hanya menjadi musuh personal, namun menjadi musuh negara. Apalagi saat ini berita hoax sangat mudah disebar, sehingga masyarakat diharapkan bisa lebih pintar dalam bermedia sosial.

“Era sekarang itu, dengan menyebarkan hoax melalui media digital dalam hitungan detik gampang saja. Jadi kita yang harus pintar-pintar di era sekarang ini,” jelasnya.

Terakhir, Raffi mengajak semua golongan masyarakat terutama kalangan muda untuk membaca buku “Demokrasi di Era Post Truth”. Karena di dalamnya terdapat banyak ilmu bermedia sosial di era sekarang ini.

“Saya Raffi Ahmad, mengajak kepada semua golongan dan kalangan muda. Sangat penting buku “Demokrasi di Era Post Truth”, untuk membimbing kita di era digital ini,” tutupnya.

Untuk diketahui, Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan menuliskan buku berjudul “Demokrasi di Era Post Truth”. Dengan cetakan pertama pada April 2021 dan cetakan kedua pada Mei 2021.

Adapun buku tersebut membahas tentang disinformasi di era post-truth yang memiliki ancaman serius bagi terbangunnya demokrasi elektoral yang sehat. Bahkan, keyakinan personal lebih penting daripada fakta objektif dalam membangun opini publik, sehingga antara kebohongan dan kebenaran sulit diidentifikasi. (OL-13)

Baca Juga: Taylor Swift Bakal Hadapi Gugatan Hak Cipta



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya