Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Simpan Energi untuk Puncak Haji di Mekah

Sitria Hamid Laporan dari Arab Saudi
19/7/2019 09:10
Simpan Energi untuk Puncak Haji di Mekah
Jemaah haji yang akan akan berangkat ke Mekah mampir di Masjid Bir Ali untuk mengambil miqat.(MCH/Darmawan)

RITUAL ibadah haji di Mekah memerlukan energi yang lebih besar. Karena itu, jemaah haji harus menjaga kesehatan dan menyimpan energi selama di Tanah Suci. "Ritual wajib yang di Mekah nanti perlu energi besar. Bagi jemaah saat berada di sini (Masjid Bir Ali) yang kurang kuat untuk turun dari bus ke masjid, bisa niat ihramnya di dalam bus," kata Pengendali Teknis Bidang Bimbingan Ibadah PPIH, Oman Faturrahman, saat di Masjid Bir Ali, Madinah, kemarin.

Menurut dia, para konsultan ibadah diharapkan memperhatikan kondisi para jemaah dan mengingatkan jemaah agar tidak menghabiskan energi di Madinah.

Kemarin, jemaah yang sudah menyelesaikan arbain (salat 40 waktu) di Madinah diberangkatkan ke Mekah dan mampir ke Masjid Bir Ali. Tempat itu merupakan miqat (tempat memulai niat) bagi jemaah yang akan ke Mekah untuk umrah dan melaksanakan rangkaian ibadah menuju puncak haji.

Ia menambahkan, sejatinya peribadatan, ziarah, dan rihlah atau perjalanan, merupakan tiga aktivitas utama dalam pelaksanaan ibadah haji. Adapun untuk ibadah, ada yang wajib dan sunah. Miqat di Masjid Bir Ali, misalnya, merupakan ibadah wajib saat di Madinah. Hal inilah yang perlu diedukasi, visitasi serta dipagari konsultan maupun pembimbing ibadah kepada jemaah agar jangan sampai terlewat.

Sementara, dari sisi ziarah, dapat berupa berkunjung ke makam Rasulullah SAW atau tempat selain permakaman, tapi memiliki makna untuk meningkatkan spiritualitas bagi jemaah. Selanjutnya, dari sisi rihlah, umat Islam pada abad 17 berdasar sejarah Islam Nusantara sudah memaknai haji sebagai rihlah ilmiah.

Saat itu, umat Islam ke Tanah Suci tidak hanya untuk berhaji dalam sebulan, tapi bertahun-tahun sembari menempuh pendidikan. "Untuk saat ini dapat dimaknai sebagai rihlah ruhaniah dengan mengambil hikmah sejarah perjuangan Rasulullah SAW menegakkan Islam."  

Hotel di Mina
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali menyatakan pemerintah Indonesia telah membuat langkah antisipasi terkait keterbatasan tenda di Mina setelah bertambahnya kuota jemaah haji Indonesia tahun ini menjadi 231 ribu orang. Kini, ada opsi bagi jemaah yang tidak ingin menginap dalam tenda untuk kembali ke hotel yang disediakan dan jaraknya tidak jauh dari lokasi jamarat atau melempar jamrah di Mina. Jamarat dilakukan setelah para jemaah menginap atau mabid di dalam tenda di Mina Jadid.

"Jemaah bisa mabid sebentar lalu kembali istirahat di hotel. Keesokan harinya saat ingin jamarat, jaraknya lebih dekat, hanya 700 meter," terang Nizar dalam sosialisasi penyelenggaraan ibadah haji 2019 di Jakarta, kemarin.

Ia menjelaskan, tenda di Mina sudah tidak bisa ditambah karena aturan agama yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji dalam batas wilayah tersebut.

Sementara itu, untuk menyiasati antrean ke toilet, pemerintah juga menambah uriner atau perangkat sanitasi di Mina yang dikhususkan untuk buang air kecil.

Di setiap maktab ada 20 bangunan toilet dan kini tersedia 8 uriner pada tiap toilet. (Ind/Gan/Pra/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya