Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor April 2025 mencapai US$20,74 miliar. Angka ini meningkat 5,76% dibandingkan April 2024, namun menurun dibandingkan Maret 2025 yang mencapai US$23,25 miliar.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan penurunan ekspor ini disebabkan oleh merosotnya nilai beberapa komoditas unggulan.
"Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) mencatatkan penurunan paling dalam, yakni sebesar US$1,19 miliar dibandingkan Maret 2025," ungkapnya dalam konferensi pers Rilis BPS secara daring, Senin (2/6).
Selanjutnya, disusul komoditas bahan bakar mineral (HS27) yang turun US$162,4 juta dan nikel serta produk turunannya (HS75) yang menyusut US$161,1 juta.
Pudji menerangkan ekspor migas mengalami penurunan tajam. Nilainya tercatat sebesar US$1,17 miliar, atau turun 13,38% dibandingkan April 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh melemahnya ekspor gas, yang memberikan kontribusi negatif terhadap total ekspor migas.
Di sisi lain, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ekspor non-migas justru mengalami peningkatan yang cukup positif. Nilai ekspor non-migas pada April 2025 tercatat sebesar US$19,57 miliar, tumbuh 7,17% secara tahunan. Peningkatan ini didorong oleh naiknya ekspor komoditas seperti mesin dan perlengkapan listrik (HS85) yang melonjak 59,67%, berbagai produk kimia (HS38) yang naik 57,41%, serta bahan kimia anorganik (HS28) yang naik 91,35%.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga April 2025 mencapai US$87,36 miliar, atau tumbuh 6,65% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, Indonesia justru mencatatkan lonjakan signifikan impor pada April 2025. Nilai impor mencapai U$$20,59 miliar, naik 21,84% dibandingkan April tahun lalu. Secara kumulatif, total impor Indonesia pada Januari–April 2025 mencapai US\$76,29 miliar, tumbuh 6,27% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Kenaikan impor terutama disebabkan oleh meningkatnya nilai beberapa komoditas, seperti logam mulia dan perhiasan (HS71) yang naik drastis sebesar US$764,4 juta atau 128,06% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, impor mesin/peralatan mekanis (HS84) naik US$335,7 juta, dan mesin serta perlengkapan listrik (HS85) juga naik US$288,5 juta. (H-3)
SURPLUS perdagangan Indonesia April 2025 tercatat hanya sebesar US$160 juta, penurunan tajam dipicu lonjakan signifikan nilai impor nonmigas,
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
PRESIDEN RI Prabowo Subianto mengungkapkan besaran impor migas Indonesia bisa mencapai US$40 miliar per tahun.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memandang nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berpotensi menembus US$120 miliar.
EKONOM senior Universitas Paramedina, Wijayanto Samirin menyatakan bahwa standar garis kemiskinan (GK) Badan Pusat Statistik saat ini sudah tidak realistis.
Pemerintah diminta menggunakan standar World Bank untuk lower middle income country untuk poverty rate sebesar US$3,65 per hari atau Rp61 ribu per hari untuk mengategorikan garis kemiskinan.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mengubah jadwal rilis data perkembangan ekspor dan impor nasional. Perubahan ini mulai berlaku pada 2 Juni 2025.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 hanya 4,87%, terendah dalam 4 tahun. Simak 7 fakta penting penyebab perlambatannya.
Amalia menuturkan, pertumbuhan sektor pertanian itu disebabkan oleh subsektor tanaman pangan yang mencatatkan pertumbuhan 42,26% (yoy) lantaran adanya panen raya padi dan jagung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved