Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
DI tengah harapan pemulihan ekonomi yang kuat, Indonesia justru mencatatkan perlambatan pertumbuhan di triwulan I 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa pertumbuhan ekonomi pada periode ini hanya sebesar 4,87% (year on year/yoy).
Berikut 7 hal penting yang perlu kamu tahu:
Ekonomi nasional tumbuh sebesar 4,87% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini lebih rendah dari:
5,11% di triwulan I 2024
5,04% di triwulan I 2023
5,02% di triwulan I 2022
Pertumbuhan ini menjadi yang terendah sejak 2022.
Jika dilihat dari perbandingan kuartal ke kuartal (quarter to quarter), ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -0,98% dibandingkan triwulan IV 2024. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan menurun dari Rp3.296,7 triliun menjadi Rp3.264,5 triliun, dan harga berlaku turun ke Rp5.665,9 triliun.
Kepala BPS Amalia Widyasanti menyebutkan bahwa penurunan pertumbuhan dari triwulan IV ke I merupakan pola musiman yang biasa terjadi. Namun kali ini, pelemahannya lebih tajam dari biasanya, menjadikannya yang terendah dalam empat tahun terakhir.
Berikut lima sektor lapangan usaha yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional:
Sektor | Pertumbuhan (yoy) | Kontribusi ke PDB |
---|---|---|
Industri Pengolahan | 4,55% | 19,25% |
Perdagangan | 5,03% | 13,22% |
Pertanian | 10,52% | 12,66% |
Konstruksi | 2,18% | 9,84% |
Pertambangan | -1,23% | 8,99% |
Sektor pertambangan mengalami kontraksi, terutama karena turunnya permintaan global terhadap batu bara dan pemeliharaan tambang logam di Papua Tengah.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi komponen terbesar dengan pertumbuhan 4,89% dan menyumbang 54,53% terhadap PDB. Komponen lain:
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB): tumbuh 2,12%
Ekspor: tumbuh 6,78%
Impor: tumbuh 3,96%
Konsumsi pemerintah: turun -1,38%
Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT): tumbuh 3,07%
Penurunan kinerja sektor tambang menunjukkan bagaimana ekonomi Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar global. Permintaan ekspor yang melemah serta hambatan produksi akibat pemeliharaan membuat sektor ini tak mampu tumbuh positif.
Struktur pertumbuhan masih sangat ditopang oleh konsumsi domestik. Namun tanpa percepatan belanja investasi dan kebijakan fiskal yang agresif, potensi rebound bisa terhambat. Kombinasi tekanan eksternal dan minimnya stimulus fiskal dapat memperlambat momentum di triwulan berikutnya. (Z-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved