Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
EKONOM Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto meramalkan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada bulan ini.
Menurutnya, di tengah tekanan eksternal yang masih kuat, terutama akibat polemik perang tarif yang terus berlanjut, kebijakan moneter sebaiknya lebih berpihak pada stabilitas. Hal ini khususnya dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, meskipun inflasi domestik relatif rendah.
"Dengan kondisi tersebut, pilihan terbaik saat ini ialah Bank Indonesia tetap mempertahankan BI Rate di level 5,75%," ungkap Ryan kepada Media Indonesia, Selasa (22/4).
Bagi pelaku usaha, kata Ryan, kestabilan nilai tukar rupiah sangat penting dalam menyusun strategi pengembangan bisnis, baik bagi eksportir maupun importir.
Dia menambahkan penundaan pengenaan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama 90 hari sejak 9 April lalu justru memperpanjang ketidakpastian global. Oleh karena itu, sikap Bank Indonesia yang menerapkan mixed policy atau bauran kebijakan dianggap sebagai langkah yang tepat dan preemptive.
"Dengan bauran kebijakan, diharapkan sektor perbankan dan sektor riil tetap dapat melakukan ekspansi secara terukur, hati-hati, dan terarah," ucapnya.
Para pelaku usaha pun diimbau untuk tetap optimistis tetapi disertai dengan kewaspadaan tinggi agar dapat bersikap akomodatif dan antisipatif terhadap dinamika ekonomi global maupun domestik.
Dihubungi terpisah, pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menuturkan, kebijakan suku bunga acuan BI amat dipengaruhi oleh dinamika global, termasuk arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau fed fund tate (FFR). Ini karena perbedaan suku bunga tersebut memengaruhi arus modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Jika The Fed menurunkan suku bunga, seperti yang didorong oleh pernyataan Donald Trump, tekanan terhadap rupiah cenderung mereda. "Ini memberi ruang bagi BI mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya, terutama jika inflasi domestik tetap terkendali," jelasnya.
Namun demikian, keputusan BI tidak sepenuhnya mengikuti arah The Fed. BI tetap memperhatikan kondisi domestik seperti inflasi inti, stabilitas nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun dorongan penurunan suku bunga dari AS bisa memperkuat sentimen dovish secara global, Arianto menegaskan BI masih akan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Langkah tersebut sembari menanti kepastian arah kebijakan moneter AS secara resmi pascapernyataan politik Trump yang belum tentu segera diwujudkan The Fed.
"Dalam waktu dekat, BI mungkin akan mempertahankan suku bunga acuan jika melihat potensi volatilitas eksternal masih tinggi," pungkasnya. (I-2)
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia atau BI menilai keputusan tarif impor Amerika Serikat memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan Indonesia, terutama karena memberikan kepastian bagi para investor
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025, diprediksi bergerak menguat dengan ditopang faktor-faktor domestik.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved